Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kerontokan Rambut Lebih Sering Dialami Pria, Apa Sebabnya?

KOMPAS.com - Seiring bertambahnya usia, baik pria atau wanita kemungkinan bisa mengalami masalah rambut rontok.

Namun, risiko kerontokan rambut itu ternyata lebih sering dialami pria daripada wanita.

Hal tersebut dapat dibuktikan melalui data American Hair Loss Association, yang menyatakan bahwa sekitar 25 persen pria mulai kehilangan rambut mereka sebelum usia 21 tahun.

Pada usia 35 tahun, sekitar 66 persen pria akan mengalami beberapa tingkat kerontokan rambut. Kemudian, pria di usia lanjut seperti 50 tahun ke atas, sekitar 85 persen akan memiliki rambut yang jauh lebih tipis.

Bahkan, untuk tingkat kerontokan rambut seperti kebotakan pola (androgenetic alopecia) yang dialami pria, menyumbang lebih dari 95 persen kasus.

Melihat akan tingginya risiko rambut rontok pada pria, lantas apa penyebabnya? 

"Pria berisiko tinggi mengalami kerontokan itu disebabkan oleh faktor genetika dan hormonal,"

Begitu kata dokter ahli transplantasi rambut, dr. Cintawati Farmanina, Mbio (AAM) owner Farmanina Aesthetic & Hair Clinic, melalui konferensi pers virtualnya, Selasa (16/8/2022).

Menurut perempuan yang akrab disapa dokter Nina tersebut, tubuh pria memiliki hormon testosteron dan dihidrotestosteron (DHT) yang dikenal sebagai hormon seks.

Kedua hormon tersebut bertanggung jawab terhadap perkembangan karakteristik seksual pria.

Hal itu mencakup suara berat, pertumbuhan janggut, kumis serta bulu-bulu lainnya di tubuh, massa otot yang lebih besar, pertumbuhan organ reproduksi hingga jumlah produksi sperma.

Seiring waktu, fungsi testosteron dan DHT semakin bertambah. Namun, DHT cenderung lebih kuat dari testosteron.

Pengaruh hormon dan genetika pada kerontokan rambut 

Terlepas dari fungsinya, rupanya DHT menjadi salah satu penyebab dari kebotakan yang dikenal sebagai alopecia.

Hormon DHT dikatakan mampu memperpendek siklus rambut menerima nutrisi yang dialirkan ke seluruh tubuh. Kemudian rambut menjadi lebih rapuh dan mudah rontok. 

"Jadi, hormon DHT itulah yang membuat akar rambut menjadi keras, membuat nutrisi ke akar rambut jadi berkurang, sehingga rambut akan mati dan rontok," jelas dokter. Nina.

Meski begitu, tidak semua pria dengan testosteron tinggi akan mengalami kerontokan hingga kebotakan pada rambut.

Ada faktor lain yang mendukung risiko masalah rambut, yaitu faktor genetika yang sulit untuk dihindari.

"Itu juga tergantung keturunannya. Jadi, kalau ada kakek, atau adik yang rambutnya mengalami kebotakan, biasanya kita akan mengalaminya juga," papar dokter Nina.

Pada fase kerontokan rambut, masing-masing pria juga memiliki pola yang berbeda. Tetapi secara umum, kerontokan rambut yang disebabkan dua faktor tersebut mulai terlihat di usia 20 tahun.

Umumnya kerontokan rambut yang terjadi sudah di atas batas normal, yakni di atas 50-100 helai per hari. 

Setelah itu, rambut rontok menjadi lebih banyak di usia 30-35 tahun, yang kemudian memicu pria mengalami kebotakan dan rambut menjadi lebih tipis.


https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/17/090715420/kerontokan-rambut-lebih-sering-dialami-pria-apa-sebabnya

Terkini Lainnya

4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com