KOMPAS.com - Berusaha untuk berpikiran positif membantu orang supaya tetap optimistis meskipun situasi yang dihadapi sedang tidak baik-baik saja.
Tapi, terus-terusan berpikir positif bahkan berusaha menyangkal perasaan negatif dapat membawa orang kepada toxic positivity.
Toxic positivity merupakan keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk kondisi orang, mereka harus mempertahankan pola pikir yang positif.
Kalau toxic positivity terus-menerus dilakukan, hal ini menyebabkan orang menunjukkan ekspresi keceriaan atau perasaan positif yang palsu.
Di samping itu, mereka yang kebiasaan melakukan toxic positivity bisa merasakan berbagai masalah, mulai dari gangguan tidur hingga PTSD.
Tanda-tanda toxic positivity
Orang yang melakukan toxic positivity tidak selalu terlihat karena perilaku ini bersumber dari bagaimana cara mereka menanamkan pola pikir.
Namun, toxic positivity dapat diketahui dari beberapa tanda seperti yang berikut ini:
Selain tanda-tanda toxic positivity yang sudah disebutkan, orang yang menerima toxic positivity dari orang lain akan merasakan beberapa hal seperti berikut ini:
Kenapa toxic positivity berbahaya?
Sebenarnya tidak ada yang salah bagi orang untuk menanamkan pola pikir yang positif untuk dirinya sendiri.
Toh, mereka menjadi bersemangat dan termotivasi untuk bangkit ketika mengalami kegagalan.
Namun, berbeda dengan toxic positivity karena orang yang melakukan hal ini berusaha menampik dan tidak mau menerima hal-hal buruk yang terjadi.
Pada gilirannya, toxic positivity dapat menyebabkan beberapa hal seperti yang berikut ini:
1. Malu
Orang yang melakukan toxic positivity dapat merasakan malu karena mereka tidak bisa menerima perasaannya.
Padahal, ketika orang sedang tidak baik-baik saja, mereka perlu memahami emosinya sendiri.
Mereka sebaiknya juga diberikan dorongan dan perhatian dari teman dan keluarganya.
2. Perasaan berasalah
Toxic positivity dapat menyebabkan perasaan bersalah.
Seolah-olah, ketika orang tidak menemukan cara untuk merasa positif -termasuk saat menghadapi tragedi- mereka melakukan kesalahan.
3. Menyangkal emosi
Toxic positivity bisa dibilang sebagai mekanisme penghindaran dari situasi emosional yang membuat orang merasa tidak nyaman.
Ketika orang melakukan toxic positivity, pada akhirnya mereka mengabaikan dan menyangkal perasaan yang sebenarnya.
4. Mencegah perkembangan diri sendiri
Karena orang yang toxic positivity berusaha tidak menerima perasaan yang buruk, mereka menjadi kurang menerima tantangan.
Padahal, tantangan dibutuhkan supaya diri mereka terus berkembang dan wawasannya dapat bertambah.
Cara menghindari toxic positivity
Mengingat toxic positivity tidak baik apabila diteruskan, hindari kebiasaan yang satu ini dengan beberapa cara berikut ini.
1. "It's okay to not be okay"
Diperlukan kebiasaan untuk mengembangkan perasaan tidak apa-apa ketika situasi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Daripada menyangkal perasaan yang tidak baik, sadarilah bahwa berusaha mengingingkan situasi selalu baik tidak realistis.
2. Mengelola emosi
Emosi negatif dapat menyebabkan stres jikalau tidak dikendalikan -tapi dapat memberikan informasi yang penting supaya hidup orang mengalami perubahan.
3. Belajar mendengarkan
Ketika ada orang lain, seperti teman, sahabat, atau keluarga sedang terpuruk, jangan menutupi perasaan mereka dengan toxic positivity.
Sebaliknya, bantu dan berikan dukungan emosional lalu beri tahu kalau yang mereka rasakan adalah hal yang normal terjadi.
Cara mengatasi toxic positivity
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi toxic positivity. Supaya lebih paham, simak yang di bawah ini.
1. Bersikap realistis
Saat menghadapi situasi yang sulit, sangat lumrah untuk merasa stres, ketakutan, atau khawatir.
Tapi, belajarlah mengontrol diri sendiri dan mencari cara untuk menyelesaikan situasi yang menyebabkan hal-hal tersebut.
2. Menerima kondisi
Ingatlah bahwa tidak apa-apa untuk merasakan lebih dari satu hal.
Jika orang menghadapi tantangan, mereka kemungkinan merasa gugup tentang hal yang akan terjadi di masa depan dan berharap kesuksesan.
Emosi orang bisa serumit situasi itu sendiri.
3. Memperhatikan perasaan
Perhatikan perasaan terhadap situasi sekitar yang dapat memancing toxic positivity dapat terjadi.
Misalnya, membatasi penggunaan media sosial terhadap akun-akun yang seringkali memposting kata-kata motivasi.
4. Menulis jurnal
Tidak ada salahnya untuk mencari pelampiasan ketika diri sendiri menghadapi situasi yang kurang baik.
Misalnya, dengan menulis jurnal atau berbicara dengan teman.
Penelitian menunjukkan, hanya dengan mengungkapkan apa yang dirasakan ke dalam kata-kata, perasaan negatif dapat turun.
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/31/121815120/kenali-toxic-positivity-tanda-tanda-dan-cara-mengatasinya