Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Bayi Bisa Alergi pada ASI? Ini Penjelasannya

American Academy of Pediatrics (AAP) bahkan menyebut ASI sebagai makanan super (superfood) yang menyediakan semua nutrisi, kalori, dan cairan yang dibutuhkan untuk kesehatan bayi.

"Kita tahu bahwa menyusui memberikan nutrisi yang optimal bagi bayi dan sejumlah manfaat lain bagi orangtua," kata dokter anak ahli alergi imunologi, Dr Jackie Bjelac, MD.

Untuk menyediakan nutrisi ASI yang selalu baik, Bjelac pun menganjurkan para ibu menjaga pola makannya tetap sehat.

"Yang penting ketika ibu menyusui adalah memiliki pola makan yang lengkap, sehingga bisa terus memproduksi cukup ASI dan menyusui selama yang diinginkan," kata Bjelac.

"Jika kita mulai mengurangi banyak makanan, nutrisi bisa mulai terganggu dan kemudian pasokan menjadi masalah."

"Sulit untuk berhasil menyusui dengan diet terbatas, jadi jangan pernah mengurangi makanan yang tidak perlu," ujar dia.

Apakah bayi bisa alergi terhadap ASI

Meskipun ASI memiliki banyak manfaat, namun masih ada beberapa orangtua yang bertanya apakah ASI bisa berdampak buruk pada bayi mereka, terutama masalah alergi.

Secara singkat, Bjelac mengatakan bahwa bayi sama sekali tidak alergi terhadap ASI.

Menurut dia, dalam kasus yang sangat jarang terjadi, sebagian kecil bayi memang bisa alergi terhadap potongan mikroskopis protein makanan yang melewati ASI.

Demikian pula, sejumlah kecil bayi dapat memiliki intoleransi terhadap protein makanan tertentu yang ditemukan dalam ASI.

Tetapi, alergi maupun intoleransi memiliki gejala yang berbeda dan ada rekomendasi yang berbeda untuk bagaimana mengelola diet kita.

Apakah alergen makanan dapat menular melalui ASI

Ketika sedang menyusui, wajar jika terkadang kita khawatir tentang apa yang kita makan dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi si kecil.

Apabila kita khawatir makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menimbulkan reaksi alergi pada bayi, Bjelac pun mengingatkan kita dua hal ini:

• Alergi makanan pada bayi jarang terjadi. AAP memperkirakan bahwa hanya 2-3 persen bayi yang mendapatkan ASI eksklusif yang menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi terhadap makanan.

• ASI mengandung sejumlah kecil protein dari makanan yang kita makan. Jadi, sangat tidak mungkin bahwa apa pun yang kita makan akan menyebabkan bayi alergi.

"Bayi tidak alergi terhadap ASI," tegas Bjelac.

"Sangat sedikit protein makanan yang disalurkan melalui ASI langsung ke bayi, sehingga kemungkinan bayi akan memiliki reaksi alergi terhadap sesuatu yang kita makan sangat kecil," ujar dia.

Menghindari alergen makanan untuk melindungi bayi

Pedoman dari AAP memperkenalkan beberapa alergen makanan umum seperti kacang tanah, telur, kedelai, dan gandum ketika bayi berusia sekitar enam bulan.

"Saat bayi mulai mencoba makanan mereka sendiri, pastikan orangtua memantaunya untuk tanda-tanda reaksi alergi seperti pembengkakan atau gatal-gatal," kata Bjelac.

AAP juga merekomendasikan untuk tidak memberikan susu sapi dan alergen umum lainnya, sampai setelah bayi berusia satu tahun.

Selain itu, asupan lainnya yang mengandung susu seperti yogurt dan keju mungkin bisa diberikan kepada bayi sekitar usia enam bulan.

"Jika bayi kita tidak termasuk dalam kelompok bayi yang memiliki reaksi alergi terhadap makanan dan minuman, itu bukan berarti kita harus membuat perubahan apa pun pada diet," kata dia.

"Sebab, membatasi diet sehari-hari dapat merugikan keberhasilan menyusui dan itu tidak akan membantu anak menghindari alergen," sambung dia.

Perbedaan alergi makanan dan intoleransi makanan

Dokter atau penyedia layanan kesehatan biasanya akan merekomendasikan perubahan dalam diet ibu yang sedang menyusui.

Karena menurut Bjelac, memotong makanan tertentu dapat bermanfaat bagi bayi yang memiliki intoleransi makanan maupun alergi makanan.

Tapi sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan diet, ada baiknya jika kita mengetahui perbedaan dari alergi makanan dan intoleransi makanan.

• Intoleransi makanan (yang juga disebut sensitivitas makanan) adalah masalah pencernaan, bukan serangan sistem kekebalan tubuh.

Intoleransi makanan berarti tubuh bayi mengalami kesulitan memecah enzim dalam makanan tertentu, yang mengakibatkan gejala-gejala gastrointestinal, seperti feses berdarah, sakit perut, dan diare.

• Di sisi lain, alergi makanan adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu.

Alergi makanan terjadi ketika tubuh salah mengira makanan tertentu sebagai penyusup yang berbahaya.

Sistem kekebalan tubuh mengumpulkan pasukan untuk menghancurkannya.

Hasilnya adalah reaksi alergi. Ini adalah tubuh yang memberikan kompensasi berlebihan untuk apa yang dianggapnya sebagai ancaman.

Gejala reaksi alergi dapat meliputi muntah yang ekstrem, gatal-gatal, pembengkakan pada wajah dan tenggorokan, kesulitan bernapas, serta mengi dan sesak napas.

Sebagian besar alergi makanan bisa berbahaya, bahkan mengancam jiwa.

Tetapi, intoleransi makanan meskipun tidak nyaman bagi bayi dan menyusahkan bagi orangtua, itu bukanlah keadaan darurat.

Jika bayi kita memiliki intoleransi makanan, itu mungkin karena kita mengurangi — atau memotong — makanan yang menyinggung sepenuhnya.

Sebab, intoleransi makanan dapat dipicu oleh jumlah paparan yang sangat kecil terhadap makanan yang menyinggung.

"Jumlah protein yang dibutuhkan untuk memicu masalah pencernaan dari intoleransi makanan sangat kecil, jauh lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk memicu reaksi alergi," sebut Bjelac.

"Jadi, bayi yang memiliki intoleransi bisa mendapatkan manfaat dari perubahan pola makan kita," imbuh dia.

Sumber intoleransi makanan yang paling umum pada bayi adalah kedelai dan susu sapi.

Apabila dokter menyarankan untuk membatasi atau menghilangkan susu sapi dalam diet karena intoleransi bayi, maka kita harus mengurangi susu dari mamalia lain, termasuk susu kambing dan susu domba.

Susu lainnya seperti santan dan susu almond tidak perlu dihindari dalam banyak kasus.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/11/161801120/apakah-bayi-bisa-alergi-pada-asi-ini-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke