Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Bahan yang Tidak Boleh Digunakan di Wajah

Namun, dalam proses merawat kulit, kita pasti pernah melakukan beberapa kesalahan, seperti mengaplikasikan bahan atau produk yang tidak tepat.

Nah, untuk mengetahui kesalahan tersebut, asisten dokter kulit dari Cleveland Clinic, Samantha Stein, PA-C, pun menjelaskan bahan-bahan yang tidak boleh digunakan di wajah beserta alasannya sebagai berikut.

1. Pasta gigi

Kita mungkin pernah mendengar bahwa mengoleskan pasta gigi pada jerawat yang membandel akan mendisinfeksi dan mengeringkannya.

Sayangnya, ini hanya mitos yang masih banyak dipercaya oleh orang-orang.

Para dokter kulit pun memperingatkan agar kita menghindari untuk mengaplikasikan pasta gigi pada kulit wajah.

• Dampak buruknya bagi kulit

Asumsi bahwa pasta gigi bagus untuk jerawat berasal dari fakta bahwa banyak pasta gigi mengandung triclosan, bahan yang digunakan dalam berbagai macam sabun dan produk pembersih untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri.

Bahan ini memang memiliki kegunaan medis yang penting seperti mencegah radang gusi, tetapi FDA melarang penggunaannya dalam sabun antibakteri dan produk lainnya pada tahun 2016.

Selain kekhawatiran umum tentang alergi dan resistensi bakteri, triclosan juga dapat merusak sistem endokrin kita.

Triclosan bukanlah satu-satunya bahan yang membuat pasta gigi menjadi pilihan yang buruk untuk mengobati jerawat.

"Bahan ini bisa lebih berbahaya daripada bermanfaat karena mengandung bahan-bahan yang memperkuat enamel gigi, memutihkan gigi, mengurangi karang gigi, dan mencegah kerusakan gigi," kata Stein.

"Bahan-bahan tersebut tidak aman untuk kulit, terutama kulit wajah, karena bisa menyebabkan jerawat menjadi lebih buruk daripada sebelumnya," sambung dia.

• Yang harus digunakan sebagai gantinya

Jika kita ingin menghilangkan jerawat dengan cepat, Stein merekomendasikan penggunaan asam salisilat 1 persen atau benzoil peroksida 2,5 persen sebagai pengobatan noda jerawat.

Keduanya merupakan bahan yang umum digunakan dalam pencuci muka berjerawat dan mungkin sudah menjadi bagian dari rutinitas perawatan kulit.

Asam salisilat adalah asam beta-hidroksi yang biasa digunakan untuk pengelupasan kulit secara kimiawi.

Selain itu, asam ini juga sangat efektif untuk membuka pori-pori yang tersumbat dan memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri.

Sementara itu, benzoil peroksida adalah antibiotik yang dapat memerangi bakteri dan peradangan.

Jika jerawat kita sangat besar atau menyakitkan, Stein mengatakan bahwa sebaiknya hubungan dokter untuk mengatasi masalah yang lebih serius seperti folikulitis atau bisul.

2. Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida dapat ditemui dalam berbagai produk rumahan seperti pemutih, pasta gigi, hingga obat anti infeksi.

Bahan ini memang memiliki kegunaan praktis, tetapi mungkin bukan tidak bisa kita gunakan untuk kulit, terutama kulit wajah.

• Dampak buruknya bagi kulit

Stein menjelaskan bahwa orang-orang mulai menggunakan hidrogen peroksida pada luka karena memiliki sifat antiseptik.

Bahkan, bahan ini juga sering disalahartikan dapat mengatasi jerawat.

Sayangnya, menggunakan hidrogen peroksida pada kulit sama sekali adalah ide yang buruk.

"Selain melawan bakteri jahat, hidrogen peroksida juga melawan bakteri baik pada kulit kita. Dan kita membutuhkan bakteri baik itu untuk menjaga agar pelindung kulit kita tetap kuat dan bekerja secara normal," jelas Stein.

"Hidrogen peroksida juga dapat mengiritasi kulit, serta menyebabkan kemerahan dan peradangan," kata dia.

• Yang harus digunakan sebagai gantinya

Kita bisa menggunakan hidrogen peroksida untuk membersihkan, tetapi untuk perawatan luka sebaiknya pakai cara yang sederhana.

"Saya selalu menyarankan untuk membersihkannya dengan lembut menggunakan sabun dan air," kata Stein.

"Tidak ada yang lain. Kita tidak perlu menggunakan antibakteri," ujar dia.

Jika kita merasa mengalami infeksi, maka kita harus menemui dokter untuk mengetahui apakah kita perlu menggunakan antibiotik topikal atau oral.

Namun untuk goresan kecil, luka bakar atau luka lainnya, yang perlu dilakukan hanyalah mencuci dengan sabun lembut dan menutupinya dengan petrolatum jelly.

"Petrolatum jelly mengandung sangat sedikit iritasi atau alergen dan ini akan membantu memperbaiki penghalang kulit," jelas Stein.

Apabila kita telah menggunakan hidrogen peroksida untuk mengatasi jerawat, Stein merekomendasikan untuk menggunakan asam salisilat atau benzoil peroksida sebagai gantinya.

Jika itu tidak berhasil, pertimbangkan untuk menemui dokter supaya kita bisa mendapatkan resep obat jerawat yang tepat.

3. Wewangian

Tidak seperti pasta gigi dan hidrogen peroksida, ada beberapa kasus di mana menggunakan produk atau bahan dengan wewangian atau parfum tidak menjadi masalah.

Tapi sebagai aturan umum, Stein mendorong pasiennya untuk memilih produk tanpa wewangian.

• Dampak buruknya bagi kulit

"Saya tidak mengatakan jangan pernah menggunakannya, tetapi wewangian adalah penyebab alergi kontak yang sangat umum," kata Stein.

Apakah kulit kita cenderung kering, sensitif, berjerawat, atau memiliki kondisi yang menyebabkan ruam seperti eksim, pelindung kulit mungkin sedikit terganggu dengan wewangian.

"Untuk itu, saya selalu merekomendasikan produk yang bebas pewangi karena wewangian bisa masuk ke dalam pelindung kulit dan menyebabkan iritasi," terang Stein.

"Bahkan jika kita tidak memiliki masalah kulit, saya pikir lebih baik mencegah alergi atau iritasi kulit jika kita bisa," lanjut dia.

Tapi, itu bukan satu-satunya alasan mengapa wewangian bukan pilihan yang baik untuk kulit.

Berikut ini beberapa alasan lainnya:

- Wewangian dapat teroksidasi menjadi bahan yang lebih mengiritasi setelah kita mengoleskannya ke kulit.

- Area di mana wewangian dioleskan dapat menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari, yang dapat menyebabkan kulit terbakar, kanker kulit, dan photoaging.

- Jika kita memiliki alergi terhadap wewangian, terutama jika ada dalam produk seperti deodoran, itu dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada lipatan kulit.

• Yang harus digunakan sebagai gantinya

Ketika mencari skincare dan kosmetik, maka kita harus memilih produk yang mendeskripsikan diri sebagai hipoalergenik, bebas pewangi, dan direkomendasikan oleh dokter kulit atau ditujukan untuk kulit sensitif.

Dan jika setetes wewangian adalah bagian penting dari rutinitas harian kita, Stein merekomendasikan untuk menyemprotkannya pada pakaian, bukan pada kulit.

Jika kita benar-benar ingin memakainya di kulit, oleskan pada lokasi seperti pergelangan tangan, yang kecil kemungkinannya untuk terpapar sinar matahari.

4. Neomisin dan polimiksin B

Nama-nama tersebut mungkin kurang dikenal, tetapi kita pasti memiliki satu atau beberapa bahan ini di lemari obat.

Neomisin dan polimiksin B adalah antibiotik yang dapat digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi untuk mengobati infeksi bakteri pada kulit.

Kita juga dapat menemukannya — bersama dengan bacitracin — dalam salep antibiotik.

• Dampak buruknya bagi kulit

Stein mengatakan bahwa antibiotik bukanlah obat yang bagus dan cocok untuk semua orang.

"Antibiotik tidak menargetkan sejumlah besar mikroba dan sering kali menyebabkan dermatitis kontak alergi," terangnya.

• Yang harus digunakan sebagai gantinya

Stein pun menjelaskan, neomisin atau polimiksin B sebenarnya tidak berbahaya.

"Namun, saya menyarankan orang-orang untuk menggunakan jeli petrolatum biasa."

"Tidak ada perbedaan dalam penyembuhan di antara keduanya dan risiko reaksi alergi yang jauh lebih rendah dengan petrolatum jelly," saran dia.

5. Scrub garam dan gula

Menggunakan garam dan gula tampaknya saat ini sedang menjadi tren.

Tidak hanya digunakan untuk kulit badan, beberapa orang juga mengaplikasikannya ke kulit wajah.

Namun, menurut Stein, sebaiknya lulur garam dan gula tidak digunakan pada area wajah.

• Dampaknya bagi kulit

"Scrub garam dan gula digunakan untuk eksfoliasi dan pengangkatan sel kulit mati," jelas Stein.

"Tapi, scrub tersebut dapat menyebabkan robekan mikro kecil pada pelindung kulit, sehingga lebih rentan terhadap peradangan dan iritasi."

"Bakteri juga dapat masuk ke dalam robekan tersebut, jadi saya akan menghindari penggunaan scrub semacam itu, terutama pada wajah," saran dia.

Scrub ini biasanya beraroma dan diwarnai, menjadikannya resep untuk iritasi.

Menurut Stein, eksfoliator yang keras ini juga dapat menghilangkan minyak alami kulit, sehingga merusak pelindung kulit dan membuatnya lebih rentan terhadap kehilangan air.

Hasilnya, kulit yang lebih kering dan lebih sensitif.

• Yang harus digunakan sebagai gantinya

Jika kita merasa perlu melakukan eksfoliasi pada wajah, Stein menyarankan untuk mendiskusikannya dengan dokter.

"Mereka bisa membantu kita mencari tahu apa yang akan bermanfaat untuk jenis kulit kita," katanya.

"Kita semua memiliki jenis kulit yang berbeda, kita semua memiliki toleransi yang berbeda. Jadi, selalu bicarakan dengan penyedia dokter jika kita mempertimbangkan sesuatu yang baru," jelas dia.

Untuk beberapa kondisi kulit seperti keratosis pilaris, Stein sering meresepkan krim pengelupasan kulit bagi para pasiennya.

"Krim-krim tersebut mengandung asam laktat untuk membantu pengelupasan lapisan kulit paling atas, namun juga dalam formula krim atau lotion, sehingga dapat menghidrasi kulit sekaligus mengelupasnya," imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/15/200000520/5-bahan-yang-tidak-boleh-digunakan-di-wajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke