Tak jarang, komentar negatif berdatang karena buah hati sering menyakiti orang di sekitarnya seperti saudara, teman maupun ayah ibunya sendiri.
Namun perilaku ini bukan berarti balita tersebut adalah anak nakal atau bakal tumbuh menjadi pelaku bullying.
"Saya menyebut balita sebagai 'tahap memukul' perkembangan karena perilaku ini biasa terjadi pada anak-anak antara usia 1 dan 2 tahun," kata Deborah Glasser, Ph.D., seorang psikolog klinis di Richmond, Virginia.
Alasan anak suka memukul
Anak usia balita sering kali tidak menyadari bahwa memukul bisa menyakitkan.
Hal ini dipengaruhi kemampuan dasar mereka yang memang belum sepenuhnya mengembangkan rasa kasih sayang sampai sekitar usia tiga tahun.
Ada beberapa anak yang sudah memahaminya namun tetap saja tidak dapat menahan diri ketika berada di sekitar orang lain.
Balita masih belum mampu memahami emosinya sendiri sehingga tindakannya tidak dimaksud untuk membuat orang lain kesal atau tersakiti.
Selain itu, ada beberapa alasan lain anak suka memukul dalam kesehariannya.
Berikut penjelasannya
Mencoba berkomunikasi
Sama seperti orang dewasa, anak balita juga bisa merasa bosan, lelah dan kewalahan.
Perbedaannya adalah mereka tidak memiliki keterampilan verbal untuk mengidentifikasi dan mengomunikasikan emosi ini, yang dapat membuat mereka semakin frustrasi.
"Karena kosa kata balita Anda belum sepenuhnya berkembang, mereka lebih cenderung menggunakan tubuh mereka untuk menunjukkan perasaan mereka atau membalas ketidaksetujuan," kata Miriam Schechter, M.D., seorang profesor pediatri di Albert Einstein College of Medicine. di Bronx, New York.
Mempertahankan wilayahnya
Anak cenderung lebih sering memukul ketika berada di taman bermain, saat bermain dengan sebayanya atau di tengah keramaian.
Mungkin saja ini disebabkan perasaan khawatir jika mainan, wilayah dan perhatiannya akan direbut.
Mereka memukul karena ingin menghentikan hal tersebut sehingga berlaku agresif.
Kemarahan atau kekecewaan yang dirasakan anak sulit untuk mereka kendalikan.
"Bahkan anak-anak yang tidak memukul atau menggigit sering kehilangan kendali saat mereka stres, atau di penghujung hari yang panjang," kata Dr. Schechter.
Meniru orang lain
Anak suka memukul bisa jadi meniru perilaku orang lain di sekitarnya termasuk kakaknya, temannya atau orangtuanya.
"Untuk beberapa anak, ada faktor coba-coba," kata Jennifer Shu, M.D., FAAP, seorang dokter anak di Atlanta.
"Mereka melihat orang lain memukul dan berpikir, 'Hmm, mari kita lihat bagaimana rasanya.'"
"Banyak yang bermuara pada temperamen," jelas psikiater anak Stanley Turecki, M.D., seorang psikiater anak dan keluarga.
Beberapa anak dengan mudah bersikap santai sementara yang lain masuk ke mode kekerasan.
Mencoba hal baru
Tindakan memukul bisa jadi menandakan anak sedang berusaha memahami hal baru.
"Jika saya melakukan ini, apa yang akan terjadi?" Itu terbawa ke dalam hubungan mereka dengan orang lain, kata Theodore Dix, Ph.D., profesor emeritus pengembangan manusia dan ilmu keluarga di University of Texas di Austin.
"Mereka tidak memiliki keterampilan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara yang masuk akal, jadi mereka mungkin bertindak memaksa atau terlalu membangkang."
Membutuhkan ruang pribadi
Balita mungkin tidak memiliki pemahaman yang baik tentang hubungan spasial.
Jika mereka merasa terpojok oleh anak-anak lain di area kecil, mereka mungkin mencoba memukul (atau mencakar atau menggigit) untuk membebaskan diri.
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/16/084013520/anak-suka-memukul-tak-berarti-nakal-ini-7-kemungkinan-penyebabnya