Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wastra dan Budaya Nusantara Bakal Tampil di New York Fashion Week

Melalui komunitas desainer bernama Indonesia Now, sejumlah desainer dan jenama fesyen Indonesia akan mempresentasikan rancangannya di New York Fashion Week (NYFW) The Shows Spring Summer 2023/2024, di Spring Studios, New York, Amerika Serikat, pada tanggal 13 September 2023.

Pada gelaran NYFW musim ini, Indonesia Now menghadirkan koleksi busana siap pakai yang terinspirasi dari kekayaan wastra dan kriya nusantara, yang dirancang oleh tujuh desainer dan jenama fesyen Indonesia.

Ada pun desainer dan jenama fesyen itu adalah Lavani By Amero x Livette, Ayumi, Ghea Panggabean, IKAT Indonesia by Didiet Maulana, Ivan Gunawan, Kimberly Tandra x Mandy's Shoes, dan Merdi Sihombing.

Kisah dari Borobudur
Jenama perhiasan emas asal Indonesia, Amero Jewellery akan kembali ke panggung NYFW. Kali ini berkolaborasi dengan Livette by Liliana Tanoesoedibjo.

Sebanyak 10 koleksi busana bertema "Futuristic Modern Chic" dari Livette akan dipadukan dengan koleksi terbaru dari Amero Jewellery, yaitu "Lavani Borobudur Series – Rhombus Kawung".

Ini terinspirasi keindahan arsitektur dan makna filosofis dari stupa dan motif kawung atau belah ketupat (rhombus) pada relief Candi Borobudur.

Kisah historis dari Candi Borobudur tentang kehidupan, kedamaian, dan cinta kasih dihadirkan dalam aneka bentuk perhiasan seperti cincin, anting, gelang, kalung, serta liontin.

Koleksi perhiasan tersebut juga dipadukan dengan pesona busana dari kain tradisional Indonesia yang berdesain futuristik dan modern.

Keindahan songket Sumatera Barat
Jenama fesyen Ayumi akan menghadirkan keindahan songket Pandai Sikek hasil kerajinan UMKM Sumatera Barat di panggung NYFW.

Marina Christyanti Ayumi, berupaya mengeksplorasi songket dan sentuhan mutiara Lombok menjadi 10 koleksi yang konstruktif dan bersiluet modern dengan palet warna pop seperti fuchsia, lime green, dan ungu.

Cerita tenun dari Sumba
Selanjutnya, desainer senior ternama Indonesia, Ghea Panggabean menampilkan koleksi bertema "Mamuli Sumba" sebagai sebuah penghormatan terhadap kekuatan dan ketahanan wanita-wanita Sumba, yang menenun cerita dan warisan mereka ke dalam setiap kain penuh dengan hati.

Desainer yang selama empat dekade telah menerjemahkan budaya dan warisan Indonesia menjadi fesyen kontemporer ini akan menghadirkan koleksi apik yang menyatukan warna-warna cerah, pola-pola yang unik dari kain tenun Sumba.

"Saya selalu ingin mengangkat warisan budaya dari salah satu tempat melalui fesyen," kata Ghea saat acara konferensi pers Indonesia Now di Menteng, Jakarta, Senin (28/8/2023).

"Jadi saya selalu eksplor mana yang menjadi khas dari tempat atau daerah tersebut," terangnya.

Koleksi ini pun terdiri dari ready to wear, antara lain jaket tenun Sumba Pahikung dan Hinggi, selendang Ikat Sumba, busana dengan teknik print di atas bahan-bahan yang ringan untuk dipadankan dengan tenun tangan, dan aksesori asli Sumba seperti Mamuli.

Terinspirasi dari teknik wiron
IKAT Indonesia by Didiet Maulana untuk pertama kalinya tampil di NYFW The Shows dengan memperkenalkan koleksi bertema "Wiron" yang diambil dari kata Wiru dalam bahasa Jawa berarti lipatan-lipatan kecil memanjang bersusun pada kain.

Keberagaman siluet busana tradisional Indonesia diaplikasikan dalam detail pleats atau lipatan pada kain yang terinspirasi dari teknik wiron.

Selain itu, ada pula siluet yang anggun dan modern seperti long vest, wrap dress, wrap skirt, long coat, lightweight trench coat, serta koleksi baju renang dengan motif tenun Ikat Indonesia.

Keseluruhan koleksi ini mewakili kedinamisan gerak anak muda dan siluet baru sebagai simbolisasi wanita Indonesia yang optimis dan energik.

Terinspirasi dari kerajaan Majapahit
Desainer kenamaan Indonesia, Ivan Gunawan mengibarkan semangat menuju Indonesia Emas 2045 yang telah dicanangkan pemerintah ke mata dunia, melalui koleksi bertajuk "Maharani" yang akan ditampilkan di NYFW.

Koleksi yang terdiri dari 12 rancangan gemerlap serba keemasan ini terinspirasi dari masa keemasan kerajaan Majapahit ketika dipimpin oleh sang Maharani, Tribhuawana Tunggadewi, ratu yang berhasil menaklukkan Nusantara.

Inspirasi tersebut ditransformasi menjadi gaun-gaun malam high fashion yang berkarakter glamor, red carpet look, dan sexy.

Elemen pakaian ratu Majapahit seperti kemben dan stagen yang fit di badan diterjemahkan menjadi bustier maillot, atau terusan korset (bathing suit), yang saat ini semakin popular dan dikenakan oleh banyak diva musik hingga selebriti.

Bustier maillot akan dipadankan dengan pilihan gaun panjang atau cape dress transparan, celana palazzo dan blus berlengan puffy, serta ruffle skirt.

Setelah 20 tahun berkarya, ini pertama kalinya Ivan Gunawan menciptakan motif bahan lace sendiri yang digunakan dalam koleksi ini, yaitu motif Kipas Renjana dan motif Pakis Suvarna.

Keberagaman bunga tropis di Indonesia
Desainer asal Surabaya, Kimberly Tandra, berkesempatan untuk ketiga kalinya menampilkan koleksi busana wanita di NYFW.

Melalui jenama Suedeson by Kimberly Tandra, desainer termuda pada sesi show ini akan menampilkan koleksi busana couture dan ready-to wear berjudul "Plethora" untuk menunjukkan keberagaman bunga tropis Indonesia ke kancah internasional.

Bunga tropis tersebut meliputi bunga sepatu dan bunga anggrek bulan yang beragam warna cerah sebagai identitas dari jenama ini.

Untuk merealisasikan motif bunga anggrek dan kembang sepatu pada koleksi busana ini, Kimberly Tandra bekerjasama dengan pengrajin tekstil di Indonesia dalam mengaplikasikan teknik bordir, payet, dan teknik batik cap.

Memadukan ulos dengan street style modern

Melalui koleksi sarat budaya Batak yang berjudul "Ulos", Merdi Sihombing memberikan pilihan etis dan ramah lingkungan lewat karya fesyen kontemporer yang memadukan pola ulos tradisional dengan inspirasi street style modern.

Ada pun wastra yang menjadi sorotan merupakan pengembangan kain tenun ulos dengan motif-motif ikat dari beberapa jenis ulos yang dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), menggunakan serat alami Indonesia, proses pewarnaan alami, dan semangat kolaborasi berbagai komunitas.

Untuk memperkuat nuansa modern street style, koleksi "Ulos" ini juga dipadukan kemeja berwarna putih yang ditenun dari benang hasil daur ulang sampah plastik.

Aksesorinya dibuat dari daur ulang kaca, kabel listrik, peniti, dan limbah kerang. Kemudian, koleksi sepatu dari Linda Chandra akan melengkapi koleksi ini.

"Sebagai orang Batak, ini hal yang sulit untuk membawa budaya kami ke level yg lebih tinggi," ungkap Merdi.

"Untuk itu, saya ingin membuat bagaimana ulos bisa diterima dengan baik secara universal, terutama oleh orang-orang di luar Indonesia,"imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/29/180619720/wastra-dan-budaya-nusantara-bakal-tampil-di-new-york-fashion-week

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke