Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Tenun Nasional, Kenali Ragam Jenis Tenun Indonesia dan Maknanya

Tradisi tenun bisa kita temui di berbagai daerah di Tanah Air. Meski begitu, sebagian jenisnya mulai menghilang karena tidak diproduksi lagi. Itu sebabnya, pemerintah pun menetapkan  tanggal 7 September diperingati menjadi Hari Tenun Nasional.

Selain jenis kain yang dipakai, setiap daerah pun memiliki teknik, ragam hias, hingga warna wastra yang bermacam-macam. 

Dulu, banyak motif kain tenun dikaitkan dengan aspek keagamaan dan upacara adat, seperti ritual kelahiran, perkawinan, dan kematian. 

Namun sekarang, kain tenun tidak hanya digunakan sebagai busana atau pelengkap upacara adat, namun juga telah digunakan untuk interior.

Ragam jenis tenun Indonesia dan maknanya

Ada beragam jenis tenun yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan motif dan makna yang berbeda-beda.

Untuk mengenalinya lebih dalam, berikut adalah beberapa jenis kain tenun di Indonesia sebagaimana dilansir dari laman Kompas.com:

• Tenun Pandai Sikek (Minangkabau)

Tenun di Minangkabau pada awalnya tidak hanya terdapat di Pandai Sikek, tetapi juga di nagari atau wilayah lain seperti Silungkang, Koto Gadang, Koto nan Ampek, dan Kubang.

Di Minangkabau, tenun songket ini pada umumnya digunakan ketika acara adat, seperti perkawinan, batagak gala (melantik penghulu) dan penyambutan tamu-tamu penting.

Songket Pandai Sikek memiliki nilai-nilai seperti keindahan, ketekunan, ketelitian, serta kesabaran yang dapat menjadi acuan bagi penggunanya maupun pembuatnya.

• Songket Palembang

Songket Palembang merupakan pakaian adat yang umumnya digunakan dalam acara-acara resmi maupun dalam upacara adat pernikahan.

Pada saat acara pernikahan, semua orang mengenakan songket, mulai dari mempelai pria, mempelai wanita, keluarga mempelai, hingga tamu yang hadir.

Jenis tenun ini juga biasanya digunakan oleh penari Gending Sriwijaya (tarian selamat datang) dalam acara-acara penyambutan.

• Ulos Batak

Berasal dari suku Batak, ulos sering kali dijumpai dalam bentuk selendang. Kain yang biasanya ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ini didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih.

Kain ulos tidak hanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari, namun juga dalam upacara adat.

Pemakaian ulos secara garis besar dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

- Siabithononton (dipakai di badan) seperti Ulos Ragidup

- Sihadanghononton (dililit di kepala atau ditenteng)

- Sitalitalihononton (dililit di pinggang)

• Tenun Troso Jepara

Kain tenun khas Jepara ini adalah tenun ikat yang artinya kriya tenun yang berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsi yang sebelumnya diikat untuk membentuk motif tertentu dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.

Ciri khas motif tenun ikat Troso mengadopsi dan atau sesuai pesanan dari luar daerah terutama Bali, Flores, dan Sumbawa.

• Tenun Baduy

Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam.

Perbedaan masyarakat Baduy luar dan Baduy Dalam bisa dilihat dari pakaian yang mereka gunakan.

Masyarakat Baduy Luar menggunakan pakaian berwarna gelap seperti hitam dan biru, sementara masyarakat Baduy Dalam menggunakan pakaian berwarna putih dan hitam.

Motif tenun khas yang dimiliki oleh suku baduy diantaranya tenun aros, poleng hideung, adu mancung, dan boeh atau bosaan.

• Tenun Sesek Lombok

Lombok memiliki kekayaan budaya dalam wujud kain tenun yang disebut kain sesek. Kain kebanggaan masyarakat Sasak ini telah menjadi identitas sejak beberapa abad silam.

Kain sesek biasa dipakai sebagai pakaian tradisional yang dikenakan saat upacara adat. Motif yang digunakan pada kain sesek berupa rumah tradisional Sasak, lumbung padi, atau aneka binatang laut dan hewan ternak.

• Tenun Gringsing

Dikutip dari Jurnal Tenun Gringsing Korelasi Motif, Fungsi, dan Arti Simbolik (2014) karya Sri Utami, ini adalah kain tenun tradisional yang menjadi kebanggan masyarakat Bali Aga Tenganan Pagringsingan, Karangasem.

Tenun gringsing atau wastra gringsing merupakan salah satu kain tradisional khas Bali yang terbuat dari benang kapas dengan ragam hias motif yang dibentuk dari dobel ikat atau tenun ganda, yaitu mengikat benang lungsi dan benang pakan sekaligus.

Pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, mulai satu hingga lima tahun dan dilakukan dengan teknik khusus yang sangat sukar. Hasil jadi tenunan ini akan membuat pola geometris rapi yang serasi dan sangat indah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/07/091518120/hari-tenun-nasional-kenali-ragam-jenis-tenun-indonesia-dan-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke