Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit serius yang bisa diderita oleh siapa saja, terutama di daerah tropis dan subtropis seperti indonesia.

Tren kejadian DBD dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI awal tahun 2023 hingga minggu ke-33 ada 57.884 kasus DBD dan 422 kematian yang dilaporkan 462 kabupatan atau kota di 34 provinsi di Indonesia. Sementara, sekitar 75 persen kasus DBD terjadi pada usia 5-44 tahun.

DBD ini merupakan penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk, terutama aedes aegypti dan aedes albopictus yang membawa virus.

Seseorang bahkan dapat terinfeksi virus DBD hingga beberapa kali. Jika terinfeksi untuk kedua kalinya, hal ini dapat meningkatkan risiko DBD berat hingga mematikan.

Umumnya,nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari saat aktivitas banyak dilakukan.

Biasanya, demam yang disebabkan oleh dengue tidak disertai batuk atau pilek. Anak yang terinfeksi virus ini mungkin kehilangan nafsu makan, muntah, atau mengalami diare.

Namun, Ketua Komunitas Dengue Indonesia, Sri Rezeki Hadinegoro menekankan bahwa tanda yang harus diwaspadai adalah demam tinggi selama tiga hari.

“Clue-nya adalah demam. Jadi pada anak kalau sudah 3 hari diobati sendiri di rumah dan panasnya tidak turun, perlu pemeriksaan laboratorium yang secara berkala bisa kita menunjukkan oh ini demam berdarah atau bukan ya,” jelas Sri.

Penting untuk menghitung tiga hari ini dengan teliti. Ini harus dihitung dengan jam dan waktu, sehingga tidak ada keterlambatan dalam penanganan medis.

Khususnya untuk anak-anak di bawah usia lima tahun, penting bagi ibu atau pengasuh untuk sangat memperhatikan gejala demam. Terkadang, anak-anak kecil mungkin tidak bisa mengkomunikasikan gejalanya dengan baik, jadi perhatian ekstra diperlukan.

Selain itu, jika demam anak tak kunjung membaik setelah mengonsumsi parasetamol, itu bisa menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang serius. Demam yang sulit diatasi harus segera diwaspadai sebagai Demam Berdarah Dengue (DBD).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, tindakan pertama yang harus diambil sebelum pergi ke puskesmas atau rumah sakit adalah memberikan anak banyak cairan.

“Tapi paling penting cairan apa saja yang ada di rumah itu diusahakan minum banyak jadi ya ganti cairannya,” jelas Maxi.

Penting juga untuk segera mencari bantuan medis. DBD bisa sangat berbahaya dan memerlukan perawatan yang intensif. Untuk itu, penting untuk tidak menunda dalam mencari pertolongan medis jika gejala-gejala ini muncul.

Pengetahuan dan tindakan yang cepat adalah kunci. DBD bisa menjadi ancaman serius, tetapi dengan pemahaman dan tindakan yang tepat, kita dapat membantu melindungi anak-anak dari dampak yang lebih parah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/28/191419920/kenali-gejala-demam-berdarah-dengue-yang-perlu-diwaspadai

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com