Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Frasa yang Tak Pernah Diucap Orangtua, demi Anak Cerdas Emosional

"Sebagai seorang neuropsikolog yang dilatih di Harvard, saya mengajarkan gaya komunikasi yang mendorong hubungan dan kemandirian."

"Keduanya sangat penting jika kita ingin memiliki hubungan yang kuat, sehat, dan berempati."

Demikian kata Julia DiGangi, PhD, neuropsikolog dan penulis "Energy Rising: The Neuroscience of Leading with Emotional Power".

Julia menyelesaikan pendidikannya di Harvard Medical School, Boston University School of Medicine, dan Departemen Urusan Veteran AS.

Berikut adalah tiga frasa yang tidak pernah digunakan oleh orangtua yang memiliki anak yang cerdas secara emosional - dan apa yang harus dikatakan sebagai gantinya:

1. "Mengapa kamu tidak bisa lebih termotivasi?"

Otak sudah terprogram untuk berprestasi kapan dan di mana saja. Jadi, ketika anak-anak kesulitan, itu bukan karena mereka tidak ingin melakukannya dengan baik - itu karena si anak memang tidak bisa.

Dengan kata lain, masalahnya bukan pada motivasi. Masalahnya adalah adanya kesenjangan antara harapan orangtua dan kemampuan anak.

Apa yang harus dikatakan: Respons yang cerdas secara emosional adalah dengan penasaran tentang di mana motivasi dan kemampuan anak bersinggungan.

Katakanlah anak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain video game dan terlalu sedikit membaca.

Hindari bertanya, "Mengapa kamu tidak lebih termotivasi untuk membaca buku?"

Sebaliknya, cobalah pertanyaan terbuka: "Ayah lihat kamu sangat menyukai video game. Ayah ingin sekali mendengar apa yang kamu sukai dari permainan tersebut. Tolong cerita dong."

2. "Kenapa kamu tidak mau mendengarkan Bunda?"


 

"Saya pernah bekerja dengan orangtua yang putrinya mengalami kesulitan sensorik. Dia merasa frustasi dan menolak keluar dari mobil saat tiba di tempat praktik dokter," kata Julia. 

Namun, begitu diajak berbicara, diketahui sebenarnya anak ini merasa terganggu oleh musik yang diputar di ruang dokter.

Nah, jika jelas seperti ini maka masalah tersebut dapat dengan mudah diatasi dengan sepasang penyumbat telinga.

Jadi pada akhirnya, masalah yang sebenarnya adalah orangtua tidak mendengar kebutuhan anak mereka.

Apa yang harus dikatakan: Otak anak sudah terprogram untuk otonomi dan kebutuhan untuk menjelajahi dunia berdasarkan identitas sendiri, bukan keyakinan orangtua tentang siapa dia seharusnya.

Jika kita terjebak dalam perselisihan dengan anak yang tidak mau mendengarkan, alih-alih bertanya mengapa dia tidak mendengarkan, pertimbangkan untuk bertanya, "Apakah Bunda sudah mendengarkan kamu?"

Orangtua yang cerdas secara emosional tidak berusaha untuk mendapatkan kepatuhan dari anak-anaknya, tetapi untuk mendapatkan hubungan.

Anak-anak perlu tahu bahwa orangtuanya bersedia mendengar kebenaran dari pengalaman si anak.

3. "Kamu tidak sopan!"

"Saya sering melihat orangtua mengambil kesimpulan yang luas - dan sangat buruk - tentang perilaku anak berdasarkan rasa tidak aman mereka sendiri," ungkap Julia.

"Satu pasangan mengatakan kepada saya, 'anak remaja kami tidak menghormati kami', karena dia tidak mendengarkan saat diperintahkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah."

Namun, begitu orangtua tersebut menyampaikan kekhawatiran dalam sebuah percakapan yang aman dan tidak berisiko, si anak dengan tegas menjawab, "Aku menghormati Ayah Bunda! Tapi, sains itu sulit untukku."

Apa yang harus dikatakan sebagai gantinya: Pendekatan yang paling cerdas secara emosional untuk mengatasi kekhawatiran bahwa anak tidak menghormati orangtua adalah dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik.

Juga jangan sampai orangtua menghakimi. Cobalah secara eksplisit menegaskan kesediaan untuk mendengarkan.

Ini bisa terdengar seperti ini: "Ayah perhatikan kamu mendapat nilai 64 pada ujian sains terakhirmu."

"Apakah kamu bersedia untuk membicarakannya? Ayah hanya ingin mendengar tentang pengalamanmu."

Perasaan anak-anak menular pada kita. Ketika anak gelisah, orangtua pun ikut gelisah.

Jadi, ketika emosi besar muncul, wajar jika orangtua ingin mengendalikan perasaan anak dengan menyuruh anak diam, tenang, atau mendengarkan lebih dekat.

Tetapi, sebagai orangtua, tugas kita bukanlah mengendalikan emosi anak - tugas orangtua adalah menguasai emosi diri sendiri.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/02/080000020/3-frasa-yang-tak-pernah-diucap-orangtua-demi-anak-cerdas-emosional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke