Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami, Menerima, dan Mengobati "Inner Child"

PENDEWASAAN adalah proses yang melibatkan banyak hal. Pengalaman di setiap waktu jalannya kehidupan merupakan salah satu hal yang ada dalam proses tersebut.

Dikatakan proses, maka ada hal positif yang dapat dikembangkan dan hal negatif yang harus diperbaiki.

Seperti yang sedang marak di masyarakat, terlebih di kalangan remaja, saat mereka berproses menuju dewasa, maka tidak akan lepas dari inner child yang mereka miliki.

Topik mengenai inner child juga dibahas dalam salah satu konten yang diunggah oleh kanal Youtube "Menjadi Manusia" bersama Nadin Amizah, bagian “Ada Anak Kecil yang Hidup dalam Tubuh Mungilku”, yang merupakan segmen membacakan surat-surat berisi kilas balik pengirim surat saat mereka kecil.

Apa itu inner child?

Inner child adalah hal yang berada dalam diri seseorang, digambarkan sebagai suatu sifat dan sikap kekanak-kanakan yang mungkin dimiliki setiap individu.

Inner child juga bisa diartikan sebagai sekumpulan peristiwa masa kecil yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang.

Dalam ilmu Psikologi, inner child dikenal dengan istilah Adverse Childhood Experience (ACE), yaitu kondisi keterpaparan berkepanjangan terhadap kejadian-kejadian yang berpotensi menimbulkan rasa traumatis pada masa kanak-kanak yang mungkin memiliki dampak langsung maupun terus-menerus seumur hidup.

Inner child terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa kecil, baik positif maupun negatif. Ketika seseorang mempunyai pengalaman masa kecil yang baik, senang, dan harmonis, maka akan terbentuk pula inner child yang positif.

Namun jika sebaliknya, maka inner child akan terluka dan dapat menimbulkan traumatis pada individu yang mengalaminya.

Traumatis di sini, dapat bermacam-macam dan berbeda-beda tiap individunya tergantung pengalaman apa saja yang mereka terima pada masa kecil.

Eitss, tapi inner child yang kurang menyenangkan tidak terus-menerus akan berdampak buruk, kok. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk bisa mengatasi trauma-trauma masa kecil tersebut.

Dengan memiliki inner child (baik positif atau negatif), akan mengajarkan kita untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain karena kita tidak pernah tahu apa yang dialami oleh tiap individu dalam hidupnya. Inner child juga membantu kita untuk belajar menerima dan menyayangi diri kita sendiri.

Apa saja jenis-jenis dan penyebab inner child yang terluka?

Menurut Kementerian Kesehatan, tanda-tanda dari inner child yang terluka adalah rasa takut ditinggalkan, memiliki perasaan bersalah yang berlebih, memiliki trust issue (akibat saat kecil sering dibohongi, dicurangi, dan dimanipulasi), takut menetapkan batasan privasi, takut berpendapat, mudah emosi atau marah, dan tidak bisa “melepaskan sesuatu” yang telah berlalu.

Dilansir dari situs Insertlive.com, ada empat jenis inner child terluka dan penyebabnya, yaitu:

1. Abandonment Wound

Luka abandonment wound terjadi karena berpisah atau ditinggalkan orang tersayang. Contohnya, kematian, perceraian, dan ditinggalkan di tempat umum sebagai hukuman.

Umumnya, orang yang mengalami abandonment wound memiliki sifat posesif yang tidak terkontrol. Mereka juga sering ketergantungan dengan orang lain.

2. Neglect Wound

Luka inner child kedua adalah neglect wound. Luka ini terjadi karena merasa kerap diabaikan oleh orang lain ketika masih kecil.

Bentuk pengabaiannya bisa berupa fisik maupun emosional. Misalnya, jarang mendapat pujian dari orangtua atau orang terdekat.

3. Guilt Wound

Penyebab inner child yang satu ini adalah perasaan bersalah yang sangat mendalam saat masih anak-anak, seperti dimarahi atau mengalami kekerasan fisik saat melakukan kesalahan, masalah di masa lalu sering diungkit, dan dipermalukan di tengah keramaian.

4. Trust Wound

Luka yang terakhir adalah trust wound atau masalah kepercayaan yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti orangtua yang jarang menepati janji, dikhianati orang tersayang, menyaksikan perselingkuhan, dan lain sebagainya.

Dampak buruknya adalah susah menaruh kepercayaan kepada orang lain, sering menyepelekan janji, curiga terhadap orang lain, dan masih banyak lagi.

Bagaimana cara untuk menyembuhkan inner child yang terluka? Dilansir dari situs klikdokter.com, inner child yang terluka tidak bisa disembuhkan, ia akan terus ada sepanjang kita hidup. Namun, bukan berarti luka tersebut tak bisa diobati.

Banyak cara untuk mengobati luka-luka masa kecil yang dimiliki. Walaupun tidak dapat sembuh secara “sempurna”, setidaknya dengan mengobati, akan lebih mempermudah diri untuk berdamai dengan inner child tersebut.

Berdasarkan informasi yang dikutip dari situs satupersen.net, terdapat beberapa cara untuk mengobati ataupun berdamai dengan inner child yang dimiliki, yaitu:

Pertama, menuliskan pengalaman dan perasaan buruk. Dengan menulis, kita dapat mencurahkan emosi negatif atau rasa sakit yang selama ini kita simpan.

Pengalaman-pengalaman buruk tersebut mungkin sudah lama tidak teringat, tetapi kemungkinan besar masih menetap dalam diri kita.

Menulis membantu kita kembali mengingat, merasakan, dan mendamaikan diri dengannya.

Kedua, melakukan sesi Ho’oponopono pribadi. Ho’oponopono adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, membantu untuk membangun kembali hubungan dengan orang lain—bahkan inner child yang kita miliki.

Kita dapat mengambil waktu untuk menyendiri dan mengatakan hal-hal ini:

“I am sorry”, katakan itu kepada dirimu bukan karena kamu telah berbuat salah, melainkan karena telah menyimpan emosi negatif dalam waktu yang lama dan tidak berusaha untuk mengobatinya.

“Please forgive me”, ungkapkanlah rasa maaf yang lebih mendalam kepada inner child-mu. Ungkapkanlah maaf karena kamu tidak banyak memedulikan cara pandangnya atau bahkan mencoba melupakannya.

“I love you”, katakan apapun yang telah terjadi kepadamu, kamu mencintai dirimu sendiri tanpa syarat. Cintailah dirimu, tubuhmu, udara yang kamu hirup, dan perjalanan hidupmu.

“Thank you”, tunjukkanlah rasa syukur atas kehidupan, cinta, dunia, dan pengalaman yang telah membentukmu menjadi sosokmu yang sekarang. Tunjukkanlah rasa syukur atas inner child yang telah bertahan meskipun tak jarang merasa terluka.

Ketiga, membuka diri. Proses penyembuhan inner child adalah proses seumur hidup dan tidak memiliki akhir yang pasti. Oleh karena itu, tetap buka diri selama prosesnya.

Berdamai dengan masa lalu memang tidak mudah dan bukanlah proses sebentar. Karena itu, kamu harus bersabar menghadapi setiap prosesnya.

Jika kamu merasa kesulitan melakukannya sendiri, maka kamu dapat meminta bantuan ahli atau psikolog untuk menghadapinya.

Selain tiga cara yang telah disebutkan di atas, kamu juga dapat mengekspresikan diri secara aktif dan ceria.

Misalnya, ketika kamu merasa kesal atau marah, ekspresikanlah dengan cara yang positif seperti membersihkan kamar tidur atau ruang belajar, merapikan susunan rak buku, dan masih banyak kegiatan bermanfaat lainnya.

Dengan begitu, kamu sudah melakukan upaya untuk mengobati inner child-mu, lho!

Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak sekali orang dengan berbagai latar belakang, yang sampai saat ini masih mengobati inner child mereka walaupun secara data tidak dapat terlihat.

Namun, dapat dipastikan tidak ada orang yang tidak memiliki kenangan pada masa kecilnya.

Oleh karena itu, mari sama-sama jujur dan berani pada diri sendiri. Jujur untuk semua rasa sakit dan segala pengalaman tidak menyenangkan saat kamu kecil, serta berani untuk meminta maaf dan memaafkan segala hal yang terjadi di kehidupan sebelumnya.

Ayo kita belajar untuk memahami, menerima dan mengobati segala bentuk inner child yang kita miliki.

*Sahro Najwa Auliya, Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Niken Widi Astuti, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/01/21/135049220/memahami-menerima-dan-mengobati-inner-child

Terkini Lainnya

Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Wellness
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com