Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Christian Sugiono Mencari Wangi Signature-nya

KOMPAS.com – Aktor, model, sekaligus pengusaha Christian Sugiono merilis wewangian signature-nya yang ke-dua bersama HMNS Rabu (28/2/2024) lalu. Parfum dengan aroma tembakau itu memiliki wangi yang hangat, spicy, dan woody yang sedikit dark.

Tian, panggilan akrab Christian Sugiono, menyebut aromanya sebagai wangi yang prestige. Dan nama itu pula yang dipakai untuk menyebut parfum barunya: The Prestige.

Sebelumnya Christian Sugiono bersama HMNS juga sudah meluncurkan parfum dengan aroma cengkeh tahun 2021 lalu yang disebut The Perfection.

Pencarian aroma

Namun rupanya pencarian wangi yang cocok bagi Tian itu tidak dilalui dengan mudah. The Perfection butuh waktu 3 tahun untuk menemukan aromanya, sedangkan The Prestige butuh 1 tahun!

Ceritanya berawal pada tahun 2019 Tian bertemu Rizky Arief --yang kemudian menjadi CEO HMNS-- di Manado. Saat itu Rizky sedang berbicara soal gagasan membuat parfum yang menggunakan bahan-bahan dari Indonesia.

Tian rupanya mendengar percakapan itu, lalu menyapa Rizky. Keduanya ngobrol dan sepakat untuk bekerjasama. "Saat mendengar penjelasannya, saya merasa gagasan ini bagus, kebetulan aku juga pengen punya produk parfum sendiri," ujar Tian saat peluncuran The Prestige di Jakarta, Rabu (28/2/2024).

Namun untuk pembuatan parfum ini, Tian tidak ingin namanya hanya dipakai sebagai pemanis. "Aku nggak pengen namaku cuma ditempelin, tapi aku pengen terlibat dalam pembuatannya karena aku ingin wanginya sesuai dengan kepribadianku. Itulah awal proyek The Perfection,"lanjut Tian.

Namun tidak seperti bayangan, pembuatan parfum ini tidak mudah, terutama untuk menemukan aroma yang tepat bagi Tian.

"Pengalaman bikin parfum ini beda. Biasanya saat kolaborasi dengan brand lain, meeting dua kali aja jadi. Tapi ini kok nggak gitu. Bagi aku ini challenging," ujar Tian.

Untuk mencari aroma yang sesuai dengan kepribadiannya, perfumer Karina Mandala harus menggali sosok Tian lebih dekat. 

"Karina waktu itu menanyakan, wanginya mau seperti apa. Nah aku sendiri tidak tahu. Aku lalu diminta menceritakan pengalaman yang bahagia, yang aku selalu ingat dan memberi kesan mendalam. Dari situlah Karina meracik aroma yang menggambarkan pengalaman itu," papar Tian. 

Dalam prosesnya, Tian harus ikut ke laboratorium untuk mencoba berbagai aroma, dan masuk ke hutan untuk mencari aroma-aroma baru.

Berdasarkan masukan dari Christian, Karina meracik wangi dari laboratorium. "Setiap kali Karina memberi contoh aroma, semua wanginya enak, tetapi aku selalu merasa ada yang kurang, cuma kurangnya di mana, aku nggak tahu," tutur Tian. 

"Hidungku sampai bingung, ini wangi yang mana ya,"ujarnya. "Butuh 145 kali percobaan sebelum akhirnya ketemu formula yang tepat, yaitu saat kita mencium bau cengkeh ketika masuk hutan. Akhirnya dipilihlah cengkeh sebagai bahan utama."

Parfum dengan aroma cengkeh ini digabungkan dengan pala, bergamot, elemi resin sebagai top notes, lalu diikuti middle notes dari lavender, lily of the valley, pir hijau, dan tagetes (marigold), serta aroma leather, musk, driftwood, dan cendana sebagai base-nya.

"Kita akhirnya sepakat menamainya The Perfection yang menyimbolkan progres sampai akhirnya jadi sempurna," kata Tian. Parfum ini telah terjual lebih dari 50.000 botol dan merupakan salah satu produk HMNS yang disukai.

"Kami melihat The Perfection sebagai wangi "ganteng", dan kepikiran harus ada seri selanjutnya yang berbeda, namun masih mewakili aroma Indonesia," kata Tian.

Kali ini, dibutuhkan waktu satu tahun untuk menemukan aroma yang cocok. Bahkan menurut pengakuan Karina Mandala sebagai peracik parfum, dia sendiri sampai nyaris menyerah dan harus memulai dari awal.

Kalau The Perfection memiliki aroma utama clove atau cengkeh, maka The Prestige menggunakan tembakau. 

Karina meracik wanginya dengan grapefruit dan pink pepper yang memberi aroma segar, tembakau yang elegan, yang dipadukan dengan wangi aromatik geranium, kedalaman pathcouli (nilam) yang membawa aroma earthy, dan orris root yang mewah. Bagian base notesnya adalah vetiver (akar wangi) dan tolu yang maskulin, serta kehangatan labdanum.

Hasilnya adalah wangi yang spicy, hangat, dan woody yang mewah, namun tidak berlebihan.

Berbeda dengan "The Perfection" yang lebih menonjolkan proses dan kegagalan menuju kesempurnaan, "The Prestige" adalah perayaan kesuksesan dan pencapaian setelah perjalanan panjang penuh tantangan. 

Rizky Arief, CEO HMNS, mengungkapkan, “Kita mau 'The Prestige' jadi simbol dari hasil atau kesuksesan yang didapat setelah bertahun-tahun berproses. Ini lebih dari sekedar parfum; ini adalah perayaan buat mereka yang bekerja keras dan akhirnya meraih kesuksesan."

"Yang membedakan, The Perfection cocok buat sehari-hari, sedangkan The Prestige buat suasana dan acara khusus. Jadi kita bikin lebih dark," kata Karina menimpali. 

Menurut Karina aroma The Perfection ini sesuai dengan gambarannya terhadap Christian. "Di mata saya, Christian itu terkesan mewah dan mahal, tapi setelah kenal, ternyata dia sangat ramah dan bersahabat. Seperti itulah aroma parfum ini, mewah tapi bersahabat."

Sedangkan bagi Christian Sugiono, ‘The Prestige' bukan cuma tentang aroma yang elegan, tapi juga tentang cerita di balik pencapaian yang ingin disebarkan ke semua orang.

"The Prestige diharapkan tidak hanya akan memikat karena aroma uniknya, tapi juga akan menginspirasi orang lain untuk terus berjuang dan meraih mimpi mereka," ujar Tian.

"Kolaborasi ini adalah salah satu perjalanan penting hidupku. Tidak hanya ikut bikin produk, tapi aku juga belajar hal baru. Yang tadinya aku pikir simpel, ternyata rumit, namun bisa kita lewati. Ini pengalaman di mana aku bisa bebas menemukan aku sendiri lewat wewangian."

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/03/01/112536920/cerita-christian-sugiono-mencari-wangi-signature-nya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke