Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Media Sosial Membuatmu Galau? Ini Manfaat Puasa Medsos

KOMPAS.com - Menghabiskan waktu di media sosial sudah menjadi kegiatan rutin sebagian besar orang, mulai dari nonton prank, melihat video kucing menggemaskan hingga mengagumi beragam tingkah orang-orang. 

Meskipun banyak konten media sosial menghibur kita, namun kadang-kadang secara tidak sadar kita juga melihat hal-hal yang negatif seperti kekerasan, hoaks, berita buruk, kebencian, dan lainnya.

Belum lagi, aplikasi tertentu di medsos kerap berisi orang-orang yang pamer kekayaan, keberhasilan, dan kehidupan yang tampaknya menyenangkan, membuat kita merasa berkecil hati dan rendah diri.

“Media sosial cenderung membuat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata psikolog anak Kate Eshleman, PsyD. “Kebanyakan orang ingin pamer dengan mengunggah apa yang mereka ingin orang lain lihat di media sosial. Dan hal itu bisa membuat orang lain minder dan rendah diri karena merasa tidak sehebat mereka.”

Jika kamu termasuk orang yang merasa tidak berharga setelah melihat media sosial, atau merasa gusar, jengkel, marah, sedih, dan dampak negatif lain, ada baiknya rehat atau puasa dahulu menggunakan medsos.

Menurut psikolog Adam Borland, PsyD, seperti dikutip Best Life, istirahat dari media sosial bisa memberikan manfaat, bukan hanya soal kesehatan mental namun juga fisik.

Manfaat istirahat dari media sosial

Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial bisa mendatangkan FOMO (fear of missing out atau takut ketinggalan), tapi istirahat bisa mendatangkan JOMO, atau Joy of Missing out (kegembiraan karena ketinggalan). Inilah yang mungkin kita peroleh dari rehat medsos:

Lebih banyak waktu luang

Saat tidak menghabiskan waktu berjam-jam untuk medsos, kita dapat menggunakan seluruh waktu itu untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. Bisa melakukan hobi, mendapatkan tidur ekstra, bergaul di dunia nyata, dan banyak hal lainnya. 

Rasa yang lebih nyata

Menghentikan suatu kebiasaan dapat membantu kita melihat secara lebih objektif bagaimana perasaan kita. “Kita mulai berpikir tentang bagaimana menghabiskan waktu dan dengan siapa kita berkomunikasi, dibandingkan interaksi di dunia maya,” kata Dr. Borland.

Rasa syukur yang lebih besar

Beraktivitas secara offline dapat mengubah perspektif untuk merasa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki, daripada meratapi apa yang tidak dimiliki.

“Daripada membanding-bandingkan kehidupan kita dengan apa yang dilihat di media sosial, lebih baik fokus pada hal-hal baik dalam hidup kita sendiri,” kata Dr. Borland.

Harga diri yang lebih tinggi

Media sosial bisa menjadi pemicu rasa cemas dan rendah diri, dan terbukti berdampak pada citra tubuh beberapa orang. Rehat, bahkan untuk beberapa hari, dapat membantu kita mulai merasa lebih baik tentang diri sendiri.

Suasana hati yang lebih baik

Sebuah penelitian menemukan bahwa mengurangi waktu menggunakan media sosial menyebabkan peningkatan kesehatan mental dan kesejahteraan. Peserta bahkan melaporkan penurunan depresi dan kesepian.

Kecemasan menurun

Salah satu manfaat paling signifikan dari detoksifikasi media sosial adalah meredakan kecemasan. Tanpa media sosial kita lebih mungkin tidak dihujani hoaks, terpapar ujaran kebencian dan permusuhan, atau perundungan.

Lebih fokus dalam banyak hal

Media sosial membuat perhatian kita begitu mudah teralihkan karena terlalu banyak informasi. Berlama-lama di media sosial tanpa tujuan yang jelas membuat fokus kita memburuk. 

Hubungan sosial lebih kuat

Dengan detoks media sosial, kita bisa menjalin hubungan sosial sesungguhnya secara langsung dengan manusia. Sebagaimana temuan riset yang diterbitkan oleh International Journal of Environmental Research and Public Health.

Kualitas tidur meningkat

Berdasarkan temuan riset yang diterbitkan oleh Iranian Journal of Psychiatry, kualitas tidur kita menurun jika penggunaan media sosial kita meningkat. Oleh karena itu, dengan tidak "bermain" media sosial, kualitas tidur kita bisa semakin membaik. 

Mengurangi kelelahan mata

Memandangi layar media sosial secara berlebihan bisa merugikan mata kita. Kita juga berpotensi pusing dan tegang karenanya. Detoks media sosial membuat mata kita lebih sehat.

Apa yang harus dilakukan setelah puasa media sosial

Setelah melakukan puasa atau rehat medsos, kita bisa kembali online, namun dengan cara berbeda. Dr Borland berbagi beberapa tips untuk menjadikannya lebih sehat.

Ciptakan rutinitas baru

Untuk meminimalkan penggunaan media sosial, kita harus mengubah rutinitas agar tidak kembali ke kebiasaan lama. Misalnya:

  • Mulailah hari dengan podcast daripada langsung membuka medsos.
  • Bacalah buku sebelum tidur alih-alih melihat medsos tanpa berpikir panjang.
  • Daripada meninggalkan ponsel di meja selama hari kerja, tahan godaan dengan menyimpannya di dompet atau laci.
  • Terapkan waktu tertentu untuk membuat video dan mengedit foto, alih-alih melakukannya sat bersama orang lain. Ini membantu kita tetap hadir pada saat ini sambil tetap memberikan waktu untuk pembuatan konten.
  • Simpan ponsel di ruangan lain saat bersiap untuk tidur.

Pilih siapa yang diikuti

Pernahkah kamu merasa tidak nyaman mengikuti konten seseorang? Bila kamu merasa tidak enak, entah itu marah, menghakimi, kesal, atau cemburu saat mengikuti akun tertentu, segera unfollow akun tersebut.

Lihat kembali akun-akun yang kamu ikuti dan singkirkan apa pun yang tidak membuatmu gembira atau memberikan dampak positif. Jika akun atau jenis konten tertentu membuatmu merasa buruk terhadap diri sendiri atau membuat kesal, jangan ragu untuk berhenti mengikutinya.

“Jika seseorang membuat tekanan darahmu naik atau selalu membuat kamu kesal, tanyakan pada dirimu: Apa gunanya mengikuti mereka?" Kata Dr. Borland. “Kelilingi dirimu dengan orang-orang dan akun-akun positif yang membuatmu merasa nyaman dan bersemangat dalam hidup, bukan gangguan dan stres.”

Manfaatkan energi untuk hal yang lebih penting

“Masing-masing dari kita mempunyai jumlah energi tertentu setiap hari, dan jika kita menyia-nyiakannya untuk hal-hal tertentu yang tidak terlalu penting bagi kita, maka energi kita akan berkurang untuk dicurahkan pada hal-hal penting dalam hidup kita,” Dr. Borland menjelaskan.

Jika kamu mendapati dirimu tenggelam di media sosial atau siap untuk terlibat dalam debat di bagian komentar, tanyakan pada dirimu: Apakah ini penting bagi saya? Apa hal lain yang bisa saya lakukan dengan energi saya yang terbatas dan berharga? Dan kemudian menjauhlah.

Rayakan langkah-langkah kecil

Bayangkan upaya untuk menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial seperti halnya kita memikirkan pola olahraga baru atau menerapkan kebiasaan makan yang lebih sehat: Kita tidak bisa langsung menjadi sempurna, terutama karena media sosial bisa membuat ketagihan.

“Dalam situasi seperti itu, yang terpenting adalah membuat langkah-langkah kecil,” Dr. Borland meyakinkan. “Kamu bisa merayakan kemenangan kecil, yang menambah dan memberi motivasi untuk melanjutkan.”

Sebuah penelitian menemukan bahwa dibutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk mulai menyadari manfaat dari rehat menggunakan media sosial. Berikan waktu, dan pahami akan ada rintangan di jalan dan kemunduran sesekali. Tapi jangan biarkan hal itu menghalangimu dari tujuan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/03/20/090900620/media-sosial-membuatmu-galau-ini-manfaat-puasa-medsos

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke