Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Alasan Kesulitan Ekonomi Sebabkan Trauma pada Anak, Pengabaian Salah Satunya

KOMPAS.com - Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk memberikan pola asuh yang ideal.

Sayangnya, kesulitan ekonomi kerap menjadi hambatan dalam mewujudkan hal tersebut. 

Menurut Psikolog Klinis Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog, kesulitan ekonomi dapat menjadi salah satu faktor tidak langsung yang menyebabkan trauma pada anak.  

"Kondisi finansial keluarga menjadi salah satu faktor tidak langsung ya. Tidak berarti semua anaknya memiliki adverse childhood experience (trauma masa kecil), itu sudah pasti kondisi finansial sulit, enggak," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini.  

Trauma masa kecil atau Adverse Childhood Experiences (ACE), yaitu pengalaman-pengalaman negatif atau penuh luka di masa kecil yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan mental dan emosional seseorang.

Kemiskinan bukan penyebab langsung trauma, tetapi tekanan ekonomi sering kali memicu situasi-situasi lain yang tergolong dalam ACE, seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual.

"Kondisi finansial itu menjadi faktor itu tadi akan adanya abuse secara fisik, emosional, dan seksual. Nah ini termasuk ke dalam 10 jenis ACE," jelas Disya.  

4 Alasan Kesulitan Ekonomi Sebabkan Trauma pada Anak

1. Adanya KDRT

Kesulitan ekonomi kerap kali menyebabkan tekanan mental yang membuat seseorang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada istrinya. 

"Bayangkan anak tidak terkena KDRT, tapi dia menyaksikan ibunya terkena KDRT," tutur Disya. 

Anak yang menyaksikan kekerasan terhadap ibunya, meski tidak menjadi korban langsung, ia tetap mengalami dampak traumatis.  

2. Keluarga yang Terjerat Kasus Kriminal

Kesulitan ekonomi juga dapat memicu permasalahan lain, seperti kecanduan judi online atau keterlibatan dalam kasus kriminal. 

Ketika orangtua terjerat masalah hukum, anak yang menyaksikan orangtuanya masuk penjara akan menghadapi beban psikologis yang berat. 

"Menyaksikan orangtuanya masuk ke penjara itu menyebabkan ," ungkap Disya. 

3. Pengabaian 

Dalam kondisi kesulitan ekonomi, anak sering kali mengalami pengabaian, baik secara fisik maupun emosional karena waktu orangtuanya dihabiskan untuk mencari nafkah. 

"Kalau fokusnya ke finansial, kemungkinan besar anaknya ini akan mengalami yang namanya pengabaian," tutur Disya. 

Pengabaian ini, ditambah dengan potensi kekerasan di rumah, menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi tumbuh kembang anak. 

4. Orangtua yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Selain itu, masalah ekonomi juga dapat meningkatkan risiko orangtua mengalami gangguan mental. 

"Orangtuanya mengalami mental illness, entah itu depresi, kecemasan, atau stres akut," pungkas Disya. 

Faktor-faktor ini saling terkait dan memperparah dampak trauma pada anak.  

Akibatnya, anak yang tumbuh dalam situasi penuh tekanan ini berisiko besar menjadi individu dewasa yang membawa luka psikologis mendalam. 

"Banyak banget faktornya dan itu membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang nantinya akan mengalami trauma," tutup Disya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/12/23/210758820/4-alasan-kesulitan-ekonomi-sebabkan-trauma-pada-anak-pengabaian-salah

Terkini Lainnya

Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Wellness
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com