KOMPAS.com – Tidak semua orang yang terlihat manis dan ramah benar-benar tulus, bisa jadi itu "topeng" untuk menutupi niat lain. Lalu, apa saja ciri-ciri orang red flag yang hanya berpura-pura baik padamu?
“Ketika kita merasakan ada ketidaksesuaian antara perkataan dan tindakan seseorang, penting untuk mendengarkan intuisi,” ujar Bayu Prihandito, life coach sekaligus pendiri Life Architekture, seperti dikutip dari Best Life, Jumat (5/9/2025).
Simak beberapa tanda red flag berikut yang perlu diwaspadai.
Seseorang yang pura-pura baik sering pandai berkata manis, tapi tidak konsisten dalam bertindak. Misalnya, mereka menjanjikan dukungan saat kamu membutuhkan, tapi menghilang ketika benar-benar dibutuhkan.
“Mereka bisa saja memberi banyak pujian, tapi tindakan mereka tidak sejalan dengan kata-katanya,” jelas Bayu.
Kondisi ini bisa membuatmu ragu apakah niat mereka benar-benar tulus atau hanya sekadar basa-basi.
Tidak ada manusia yang selalu bahagia setiap saat. Namun, jika seseorang hanya menampilkan emosi positif dan menutup rapat perasaan negatifnya di depanmu, bisa jadi itu tanda mereka tidak menunjukkan diri yang sebenarnya.
Menurut Ryan Sultan, psikiater sekaligus profesor di Columbia University, hal ini menjadi tanda yang perlu kamu waspadai.
“Sangat wajar mengalami emosi negatif, dan ketika seseorang menyembunyikannya sepenuhnya, ada kemungkinan mereka tidak jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain,” jelas Sultan.
Senyum palsu, tatapan yang menghindar, atau postur tubuh yang tertutup bisa berbicara lebih banyak daripada kata-kata.
Terkadang, orang yang pura-pura baik terlihat ramah secara verbal, tapi bahasa tubuhnya menunjukkan kebalikannya.
“Isyarat non-verbal sering kali lebih jujur. Kalau mereka bilang senang untukmu, tapi tidak berani menatap mata atau hanya tersenyum kaku, ada kemungkinan mereka tidak tulus,” kata Niloufar Esmaeilpour, terapis dari Lotus Therapy & Counselling Centre di Vancouver.
Semua orang senang dipuji, tapi pujian yang berlebihan tanpa alasan jelas bisa menjadi bendera merah.
Bisa jadi, orang tersebut sedang mencoba menarik simpati atau memanipulasi kamu dengan sanjungan.
“Flattery (pujian) yang berlebihan biasanya bukan tanda ketulusan, melainkan strategi untuk mendapatkan sesuatu,” terang Bayu.
Jika kamu merasa pujian mereka tidak sejalan dengan kenyataan, patut untuk waspada.
Cara seseorang berbicara mengenai orang lain bisa menjadi cerminan bagaimana mereka berbicara tentang dirimu di belakang.
Jika mereka sering mengumbar keburukan orang lain, ada kemungkinan mereka melakukan hal serupa tentangmu.
“Kalau percakapan mereka lebih banyak bernada negatif atau penuh sindiran, sebaiknya batasi informasi pribadi yang kamu bagikan,” saran Esmaeilpour.
Bahkan, ia menyebut tidak ada salahnya mengingatkan dengan lembut bahwa kamu merasa kurang nyaman jika obrolan terlalu sering mengarah pada gosip.
Apakah mereka hanya bersikap baik saat ada keuntungan untuk diri mereka? Jika iya, itu tanda jelas bahwa kebaikan tersebut tidak tulus.
“Kalau kebaikan hanya muncul dalam situasi tertentu atau ketika ada timbal balik, ini red flag. Kebaikan yang sejati itu tanpa syarat,” tegas Bayu.
Orang yang benar-benar peduli akan tetap hadir untukmu, bahkan ketika tidak ada hal yang bisa mereka dapatkan.
Hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling percaya dan keterbukaan. Namun, jika seseorang tampak terlalu ingin tahu tentang kehidupanmu, tapi menutup diri saat ditanya balik, hal ini bisa menunjukkan ketidakjujuran.
Menurut Lachlan Brown, pakar hubungan dengan latar belakang psikologi perilaku, perilaku ini bisa membuatmu merasa diekspos, sedangkan mereka tetap menyimpan jarak aman
“Rasa ingin tahu yang tidak seimbang sering kali jadi cara untuk menciptakan ketimpangan emosional dalam interaksi,” tutur dia.
Wajar jika teman atau pasangan meniru gaya bicaramu sesekali, karena itu bagian dari kedekatan.
Namun, jika mereka selalu setuju, selalu mengikuti pendapatmu, bahkan meniru cara berekspresi, hal itu bisa jadi pertanda manipulasi.
“Mirroring (meniru) dalam batas wajar adalah hal normal. Namun, ketika dilakukan secara ekstrem, mulai dari opini, tindakan, hingga nada suara, bisa jadi itu strategi untuk cepat memenangkan hati kamu,” jelas Brown.
Hubungan seperti ini tidak dibangun atas dasar kejujuran, melainkan taktik untuk mendapatkan penerimaan.
Mengenali tanda seseorang yang pura-pura baik bukanlah perkara mudah. Namun, dengan peka terhadap beberapa red flag di atas membuat kamu bisa lebih waspada.
Jika merasa hubungan terasa tidak tulus, tidak ada salahnya untuk menjaga jarak atau membangun batasan sehat.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/09/05/193500220/waspada-8-red-flag-seseorang-yang-pura-pura-baik-menurut-pakar