Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Ulos Tumtuman dan Sadum, Dua Wastra dengan Teknik Jungkit

KOMPAS.com - Ulos tumtuman dan ulos sadum merupakan dua jenis wastra Batak yang hadir dalam beragam kegiatan adat, terlebih pada momen sukacita. Masing-masing memiliki motif, warna, dan penggunaan yang berkembang sesuai tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Menurut CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria Pandjaitan, kedua kain ini tidak hanya hadir sebagai bagian dari tradisi, tetapi juga sebagai ekspresi identitas yang terus hidup di tengah perubahan zaman.

Tumtuman, wastra prestisius dengan sejarah panjang

Dalam komunitas Batak, tumtuman sering dipandang sebagai salah satu kain yang prestisius. Kerri menjelaskan bahwa kain ini biasanya muncul dalam acara-acara besar, terutama pernikahan.

“Kalau tumtuman ini bisa dibilang kalau di komunitas Batak seperti yang paling luxe. Biasanya dipakai untuk acara pernikahan, bridal-nya biasanya memakai tumtuman,” ujarnya dalam acara MAULIATE di Sopo Del Tower, Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).

Ulos tumtuman sendiri memiliki akar sejarah yang panjang. Tumtuman berasal dari kata “tumtum” yang berarti “mengikat”, merujuk pada fungsi awalnya sebagai ikat kepala. 

Dari bentuk awal itu, tumtuman berkembang menjadi selendang dan kemudian menjadi satu set wastra bernilai tinggi yang digunakan dalam berbagai upacara adat. 

Tak hanya digunakan oleh laki-laki, kini tumtuman juga sering dipakai oleh perempuan sebagai kain dan selendang.

Motifnya banyak terinspirasi dari ikat pinggang para raja atau hohos Suranti, serta selendang pelengkap ulos hande bagi tokoh kerajaan dan permaisuri. Struktur motifnya bahkan memiliki kemiripan dengan bagian pada ulos ragi idup.

Adapun Kerri menyebut bahwa kepopuleran tumtuman juga dipengaruhi peran generasi pendahulu dan harus tetap dilestarikan oleh generasi muda saat ini.

“Senior-senior saya mempopulerkan tumtuman itu, dan kita sebagai generasi baru meneruskan, juga dengan warna-warna alam yang kita gaungkan,” katanya.

“Kalau sadum itu memang dikenal biasanya dipakai gadis atau gadis yang belum menikah. Sebenarnya semua bisa pakai, tapi yang saya mengerti biasanya dipakai untuk gadis yang belum menikah untuk acara pesta ataupun sehari-hari,” ujarnya.

Dalam adat Batak, sadum biasa digunakan sebagai handehande, yaitu kain yang ditaruh di atas bahu, serta sering muncul dalam prosesi mangulosi parboru, yaitu memakaikan ulos untuk para perempuan.

Menurut Kerri, secara visual sadum sering muncul dalam palet warna cerah dan dihiasi mote mote, sehingga banyak orang mengenalinya melalui karakter tersebut. 

Namun, sadum sebenarnya memiliki banyak variasi, baik dalam motif maupun warna, sehingga tampilannya bisa berbeda-beda sesuai daerah dan pengrajinnya.

Teknik jungkit di balik kekayaan motif sadum dan tumtuman

Baik Tumtuman maupun Sadum dikerjakan dengan teknik Jungkit, yaitu teknik songket Batak yang menambahkan benang hias secara melintang pada susunan benang vertikal (lungsi), sehingga menghasilkan motif yang tampak lebih timbul.

Para artisan yang menenunnya tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Utara, mulai dari Toba, Silindung, Angkola, Mandailing, hingga Tarutung. 

Di banyak daerah, keterampilan ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sebagian besar oleh para perempuan yang telah lama menjaga tradisi tenun Batak tetap hidup.

Dalam prosesnya, Tobatenun bersama para penenunnya berupaya mempertahankan praktik pewarnaan alami, menghadirkan rona-rona yang lembut dan tak lepas dari karakter wastra Batak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/05/121600020/mengenal-ulos-tumtuman-dan-sadum-dua-wastra-dengan-teknik-jungkit

Terkini Lainnya

Rasa Bersalah Setelah Jadi Ibu, Alasan Perempuan Pilih Career Break
Rasa Bersalah Setelah Jadi Ibu, Alasan Perempuan Pilih Career Break
Wellness
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Wellness
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com