Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Pelintas Anjer-Panaroekan

Kompas.com - 26/08/2008, 03:00 WIB

Setiap hari ia mengayuh sepeda dari rumahnya di kawasan Bekasi ke Jakarta sejauh 24 kilometer. Dalam sehari ayah dua anak ini bersepeda 48 kilometer per hari. Namun, sejak bergabung di Jakarta, Ari bersepeda tanpa putus dengan rata-rata sehari mesti melahap sekitar 100 km.

Kecintaannya pada sepeda inilah yang akhirnya membuat Ari tertantang sekaligus tidak ingin melewatkan kesempatan mengikuti Ekspedisi dengan rute sepanjang sekitar 1.100 km tersebut. "Lebih enak naik sepeda. Sehat, murah, dan bebas macet," tuturnya. 
SUJADI, MEMBESARKAN HATI

Pengalaman disambut sekaligus diantar berbagai klub sepeda di sejumlah kota di sepanjang rute Anyer-Panarukan membesarkan hati Sujadi (38), atlet sepeda asal Bekasi, Jawa Barat, ini.

Meski pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 2 Mei 1970, ini adalah atlet profesional yang telah mengecap berbagai lomba, pengalaman di ekspedisi kali ini sangat membekas di hatinya. "Rasanya banyak teman," kata Sujadi.

Sebelum di ekspedisi, Yadi juga pernah mengikuti reli serupa. Misalnya, Bicycle for Earth Goes to Bali pada November-Desember 2007 dan juga Bike to Work "Obor Nusantara" selama 20 hari pada Juni 2008. 
CHANDRA RAFSANJANI, JALAN HIDUP SEPEDA

Chandra Rafsanjani (19) adalah peserta termuda dalam Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan. Meski baru lulus SMA dua tahun lalu, remaja kelahiran Ciamis, Jawa Barat, 17 Januari 1989, ini telah membuktikan diri sebagai atlet sepeda masa depan.

Belum lama ini Chandra menyabet juara II untuk kategori cross country dalam PON XVII Kaltim. Tak kurang dua gelar lainnya telah diraih tahun ini, yakni Juara II Polygon Zoo MTB dan Juara I Criterium MTB Kenyir International Malaysia.

"Saya sudah mantap menjalani hidup sebagai atlet sepeda. Inilah jalan hidup saya," kata Chandra. 
SUGIANTO GIMO ELLIS, TANPA TARGET MENANG DAN KALAH

Sugianto (36) alias Gimo Ellis merasakan lelah luar biasa selama mengikuti Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan. Namun, Gimo juga sangat menikmati perjalanan dalam ekspedisi. Menurut Gimo, kenikmatan dalam perjalanan karena tidak ada menang-kalah dalam ekspedisi ini.

"Kami tidak perlu memaksakan diri sehingga tidak merasa tertekan atau tegang karena di sini tidak ada target medali," kata Gimo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com