Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi dan Terapi Ikan

Kompas.com - 29/11/2008, 01:24 WIB

Menurut dia, patukan ikan akan membuka pori-pori kulit sehingga bisa mengeluarkan berbagai penyakit, apalagi diyakini di kaki terkumpul toksin yang menjadi endapan penyakit. Konsep yang diusung memang sudah dimodifikasi ulang. Di China, terapi ikan dilakukan dengan merendam seluruh tubuh di bak air hangat yang terdapat ribuan ikan kecil. Ikan-ikan ini mengangkat sel-sel kulit mati.

Konservasi alam

Sebagai kompleks wisata seluas 3,5 hektar yang mengusung wisata alam, Etasia menawarkan arena lain, seperti Segaran Taman Air tempat memancing dan berkeliling dengan perahu, restoran, serta lapangan woodball berstandar internasional. Seluruh aktivitas di kawasan ini memanfaatkan sumber air Umbul Tlatar yang dipercaya terbentuk sekitar 1,7 juta tahun lalu.

Menurut pemilik Etasia, Much Sahid, kawasan ini sengaja dikonsep untuk menciptakan suasana alami agar tidak merusak ekosistem. Pengembangan kawasan, selain melirik keuntungan ekonomi, juga mengutamakan konservasi alam dengan memanfaatkan aliran air dari Umbul Tlatar tanpa mengubah kondisinya. Limbah buangan berbentuk padat dibuang ke tempat pembuangan akhir, sedangkan minyak goreng dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

”Pengunjung bisa merasa kembali ke alam yang sekarang sulit ditemui, sekaligus kami menyuarakan konservasi. Kami menyadari semakin lama debit Umbul Tlatar terus menyusut. Salah satu ialah karena daerah tangkapan di punggung Gunung Merbabu mulai habis,” katanya.

Selain membiarkan pengunjung terpikat dan merindukan nuansa alami, upaya konservasi ini juga dilakukan dengan mengajak warga sekitar Gunung Merbabu menjaga daerah tangkapan air, dengan membagikan alat pembuat lubang biopori maupun penghijauan. Selain itu, wisata alami ini juga dibalut dengan narasi legenda setempat yang dikemas mendidik. Much Sahid sempat mengarang buku Legenda Umbul Tlatar. Dalam buku tersebut dikisahkan umbul ini ditemukan oleh utusan Raja Kartasura bernama Kyai Wonotoro. Dia diutus mencari Joko Pengalasan, putra raja yang meninggalkan kerajaan. Dalam perjalanan meninggalkan kaki Gunung Merbabu, Kyai Wonotoro beristirahat di dataran antara dua sungai yang kini disebut Tlatar.

Kyai Wonotoro tidak sengaja menyaksikan dua jin, Toh Jenggi dan Kala Srenggi, sedang menumpuk batu untuk mengubah aliran sungai. Dia mendengar kedua jin bapak dan anak ini bergegas menutup aliran sungai agar umbul ini tidak bisa dimanfaatkan manusia. Kyai Wonotoro lantas mencegah dan minta kedua jin memanfaatkan umbul tanpa merusak alam.

Toh Jenggi akhirnya bisa disadarkan, tetapi anaknya, Kala Srenggi, justru marah dan membunuh ayahnya. Kala Srenggi lantas menyerang Kyai Wonotoro yang akhirnya bisa mengikatnya dengan pohon menjalar dan menambat pada pohon jangkang dan randu. Kala Srenggi masih sempat mengutuk jika kelak manusia mengotori dan merusak bagian umbul ini, dia akan menyatu dengan jiwa manusia dan terus membuat kerusakan sepanjang masa.

Sayangnya, pesan konservasi alam ini belum sepenuhnya dipahami pengunjung maupun masyarakat sekitar Umbul Tlatar. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com