Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Lebih Suka Makanan Tradisional

Kompas.com - 17/11/2009, 22:19 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Para koki di Yogyakarta menyimpulkan bahwa sebagian besar wisatawan yang datang cenderung mencari makanan tradisional. Melihat kondisi tersebut, berbagai jenis makanan tradisional yang pernah eksis di Yogyakarta sangat potensial untuk dikembangkan.

Ketua asosiasi koki Indonesia (Indonesian Chef Association atau ICA) Yogyakarta Jawa Tengah Fajar Subeni mengatakan, perkembangan wisata kuliner di Yogyakarta dalam kurun waktu lima tahun terakhir sangat pesat. Hal itu ditandai dengan bermunculnya berbagai jenis rumah makan baru. Bersamaan dengan tren tersebut, wisatawan kembali melirik makanan tradisional sehingga jenis makanan ini menjadi terangkat. "Sebagian wisatawan yang datang ke Yogyakarta adalah wisatawan domestik. Mereka cenderung mencari tempat-tempat makan tradisional yang sudah punya nama. Wisatawan asing pun banyak yang tertarik mencoba," katanya, Selasa (17/11).

Menurut dia, tingginya minat wisatawan terhadap masyarakat tradisional tersebut harus diimbangi dengan upaya untuk menyajikan makanan yang sehat. "Isu kesehatan dan kebersihan makanan sangat sensitif bagi wisatawan, terutama wisatawan asing. Asal makanannya sehat dan bersih , dapurnya juga bersih, wisatawan asing akan semakin tertarik mencoba . Apalagi jika makanan tersebut dikemas dengan baik," jelasnya.

Guna meningkatkan kualitas makanan tradisional, ICA bekerjasama dengan pemerintah provinsi Yogyakarta pernah mengadakan sosialisasi pengemasan makanan yang baik pada pedagang. Ke depan, kegiatan semacam itu perlu terus diadakan dengan melibatkan lebih banyak pedagang makanan.

Pengurus ICA Yanto Budidarma men ambahkan, wisatawan yang datang ke Yogyakarta kini tidak hanya mencari gudeg. Berbagai jenis makanan lain seperti sate, soto, bakmi hingga pecel serta aneka camilan dan oleh-oleh mulai dari kipo, bakpia maupun enten-enten juga laris diburu. Oleh karena itu, peluang untuk mengembangkan berbagai jenis makanan tradisional yang lain sangat besar.

"Sayangnya sampai saat ini belum semua pedagang makanan tradisional memperhatikan kebersihan makanan dan dapur mereka. Akibatnya masih banyak wisatawan asing yang enggan mencoba makanan tersebut. Kan banyak pedagang yang menaruh bahan makanan di atas tanah. Kalau turis asing lihat, mereka biasanya jadi jijik," kata Yanto.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com