Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adji, dari Studio Menjelma Perusahaan Iklan Terkemuka

Kompas.com - 11/02/2010, 11:02 WIB

Djarum kembali menjadi klien pertamanya untuk promosi above the line yang ditangani Dwi Sapta. Selepas tahun 1990, usahanya terus berkembang dan banyak klien mulai berdatangan. Tahun 1991-1992, misalnya, produk Minigrip dan Mixadin dari PT Dankos Laboratories memercayakan Dwi Sapta menggarap TV komersilnya.

Diikuti oleh PT Ceres produsen meises Ceres dan biskuit Selamat yang menghampirinya tahun 1993. Tak cukup di situ, bahkan salah satu karya Dwi Sapta, Djarum Classic, sukses terpilih sebagai The Best Print Ad di majalah Gatra pada tahun 1995.

Berdatangannya klien membuat pundi-pundi Dwi Sapta tanpa terasa terus menggembung. Sementara tak sedikit agensi lainnya yang kehilangan klien karena merapat ke Dwi Sapta.

Tahun 1997, Dwi Sapta sanggup meraih billing cukup besar. Di tahun itu, iklan Djarum Super hasil garapannya mendapat penghargaan 'Iklan Tervaforit' versi pembaca Bintang Indonesia.

Sayangnya, krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 mulai menghantam usaha Dwi Sapta. Tahun 1998 pun omzetnya turun drastis karena banyak perusahaan yang memotong anggarannya untuk beriklan. Praktis, ini membuat Dwi Sapta tidak ada pekerjaan sama sekali. "Itu masa-masa yang menyesakkan. Gaji karyawan rela dipotong 25-35 persen karena saya tidak ingin menerapkan kebijakan lay-off," kenangnya.

Meski demikian, angin segar lantas menghampiri Dwi Sapta lewat kesuksesan iklan permen Kino. Tahun 1999, berdasarkan hasil riset Frontier dengan 5.000 responden di lima kota besar itu menyebut bahwa iklan Kino sebagai iklan permen yang paling disukai masyarakat dan dinilai sebagai iklan permen yang paling jenaka. Kesuksesan iklan permen Kino ini berbuah manis. Terbukti, sepanjang tahun-tahun krisis antara 19dan98  1999, Dwi Sapta mampu mengerjakan lebih dari 30 iklan televisi, yang 90 persen di antaranya adalah iklan baru.

Melihat iklan produksi Dwi Sapta, akan terpetik ciri khasnya yang lugas, materi pesan tunggal, fokus pada segmen tertentu, dan simpel. Sederet merek kondang pun berhasil meroket di pasarnya. Menurut Adji, iklan harus komunikatif dan gampang dipahami konsumen. "Apa artinya kreativitas iklan bila akhirnya tak mampu menjual ke pasar," ungkapnya,

Pascakrisis itulah masa-masa emas menghampiri Dwi Sapta dengan jumlah karyawan dan pendapatan perusahaan terus bertambah. Total jenderal, kini telah berdiri tujuh perusahaan di bawah bendera Dwi Sapta. Ketujuhnya adalah Dwi Sapta Advertising, In Ad Below The Line, Netracom Film, Neo Post Productions, Maid Ad Advertising, DSP Media, dan Bee Activator. Tahun depan, Dwi Sapta bakal kembali berekspansi dan membuka perusahaan baru yang bergerak di bidang public relations atau PR.

Pesan nenek

Kesuksesan Adji tak lepas dari peran orang-orang terdekatnya yang selalu menguatkan mentalnya untuk tekun, ulet, berbuat baik kepada semua orang, dan pantang menyerah."Nenek saya (Tjia Bie Hwa) selama hidupnya tak pernah fight other people, selalu baik dan sangat peduli pada orang lain. Makanya, saya terima kasih banget sama nenek," sebut pria yang rutin melakukan lari pagi ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com