Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Oedipus-Complex

Kompas.com, 1 Juni 2010, 08:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Normalnya semakin dewasa seseorang, ia semakin mandiri, mampu bertindak dan mengambil keputusan tanpa tergantung pada figur tertentu. Namun, kenyataan menunjukkan, ada pribadi-pribadi yang gagal mencapai perkembangan tersebut. Cukup banyak pria dewasa yang masih berkiblat pada ibunya.

Diskusi hangat mengenai hal tersebut terjadi dalam sebuah kelas Psikologi pada saat membahas konsep oedipus complex dan electra complex. Mahasiswa menjadi asyik membahas beberapa kasus yang mereka jumpai.

Menurut mereka, dibanding electra complex, tampaknya fenomena menyerupai oedipus complex lebih banyak terjadi. Mereka ingin tahu bahwa cukup banyak pria dewasa yang masih bergantung pada ibunya, dan apakah itu dapat disebut gejala oedipus complex. Kompetisi dengan Ayah Oedipus complex adalah istilah Sigmund Freud untuk menggambarkan kecenderungan anak laki-laki usia 3-5 tahun (masa phallic) berkompetisi dengan ayahnya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang ibu; dan dorongan seksual terhadap ibu dikendalikan karena rasa takut akan hukuman dari ayah. Pada anak laki-laki, ketakutan terhadap ayah tersebut mewujud dalam ketakutan akan dipotong penisnya (castration complex).

Sementara itu, electra complex merupakan keadaan yang sama dengan oedipus complex, tetapi terjadi pada anak perempuan.  Konsep oedipus complex dan electra complex merupakan bagian dari penjelasan Freud mengenai tahapan-tahapan perkembangan kepribadian (dari lahir hingga akil balik) yang tidak lepas dari adanya libido.

Libido (dorongan erotis-biologis) menurut ahli Psikoanalisis ini tidak muncul secara mendadak pada masa pubertas, melainkan sudah ada sejak lahir dan perwujudannya berbeda-beda menurut tahapan usia. Teori perkembangan dari Freud ini disebut teori perkembangan Psikoseksual.

Dalam teori perkembangan tersebut dinyatakan bahwa seseorang dapat gagal mengatasi konflik yang terjadi dalam tiap-tiap tahapan (oral, anal, phallic, latency, genital). Perkembangannya berhenti dalam tahap tersebut hingga dewasa. Jadi, bila seorang anak pada masa phallic tidak berhasil mengatasi oedipus complex, akan terbawa terus hingga dewasa.

Namun, teori perkembangan Psikoseksual dari Freud tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh Psikoanalisis yang lain. Mereka menolak anggapan libido merupakan hal yang mendasari perilaku dan perkembangan kepribadian. Memang, teori tersebut dibangun Freud atas dasar kasus-kasus klinis yang ditanganinya sebagai psikiater, sehingga tidak mencerminkan perkembangan individu yang normal.  

Fenomena Anak Mami Dalam memahami fenomena ”laki-laki anak mami”, kita tidak dapat begitu saja berpegang pada konsep oedipus complex bila dipahami dalam konteks teori Freud (libido mendasari perilaku).

Kita tidak menafikan kenyataan bahwa kasus-kasus incest (hubungan seksual antara anak dan orangtua) terjadi dalam masyarakat, tetapi gejala ”laki-laki anak mami” biasanya tidak sampai pada relasi, bahkan dorongan seksual.  

Salah satu kasus adalah pria berusia 35 tahun yang baru saja menikah. Sebutlah namanya Jojo, dosen fakultas ekonomi sebuah perguruan tinggi. Sang istri adalah mantan mahasiswanya. Proses menuju pernikahan berlangsung alot, meski sebenarnya hubungan mereka telah menghasilkan seorang anak laki-laki berusia 3 tahun. Pasalnya ibu Jojo kurang merestui hubungan mereka.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau