Nah, untuk yang ini, mayoritas temen kita jawab kalo mereka itu berpegang sama prinsip mereka. ”Gue ya gue, mereka ya mereka,” begitulah jargon yang biasa mereka ungkapkan.
”Gue malu sama diri gue sendiri, sama keluarga.” Bukan cuma itu, salah satu faktor terkuat dari ”kubu” pubertas, yaitu pacar, kenyataannya malah jadi energi tersendiri.
”Gebetan gue selalu dukung gue kalo masalah puasa. Dia bangunin gue pas sahur, ngingetin gue pergi tarawih, banyak deh,” begitu teman-teman sering bercerita dengan bangga.
Wah, berarti enggak selamanya pacaran itu konotasinya jelek, kan?
MuDAers, sebenarnya yang pengin kita cari dari judul tersebut bukan pemenang dari salah satunya. Apa yang kita cari adalah yang seri. Dalam artian, enggak bisa pubertas yang menang karena yang mentingin hawa nafsu dan gejolak masa muda yang berlebihan pasti bakal terseret ke hal-hal buruk serta gagal dalam ibadah Ramadhan-nya.
Enggak bisa juga kita mengabaikan perhitungan soal gejolak hormon di masa pubertas ini. Karena pubertas itu alamiah dan merupakan proses wajib yang harus dilewati setiap remaja menuju kedewasaan.
Itu emang enggak mudah. Cuma, enggak mudah bukan berarti enggak bisa, ya? Tinggal bagaimana kita mengelola pubertas itu lebih terkendali, aman, ortu tenang, dan menguntungkan semua pihak he-he-he.
Ramadhan itu cuma 30 hari setahun, loh. Selama enggak ada yang mampu ngejamin kita bisa melek lagi besok, enggak ada juga yang mampu menjamin kita bisa ketemu bulan yang penuh ampunan dan berkah ini lagi, kan?
So, keep your spirit on fire!