Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Nugget, Modalnya Rp 150 Ribu Saja

Kompas.com - 07/04/2011, 15:18 WIB

Jualan di sekolah
Suatu hari  seorang teman berkunjung ke rumah Anin. Kebetulan saat itu Anin baru saja selesai membuat nugget sayuran  sebagai santapan makan siang keluarga. Sang teman pun turut mencoba nugget unik buatan Anin. Seperti kebanyakan ibu lainnya, teman Anin ini juga memiliki masalah dengan anaknya yang enggan makan sayur. Setelah mencoba nugget buatan Anin, sang teman langsung semangat minta dibuatkan nugget serupa untuk anaknya di rumah.  Anin lantas diminta temannya untuk menjual nugget sayurnya tersebut. Ide ini langsung Anin sambut baik.

 “Untuk awal, saya membuat variasi nugget sayuran dan nugget keju sebanyak 30 bungkus. Saya menjajakannya pada orang tua murid di TK tempat anak saya bersekolah,” ujarnya.

Tak disangka, ternyata nugget yang dijual Anin ludes terjual. Para orang tua murid rupanya penasaran dengan rasa nugget tersebut.  Keesokan harinya, telepon Anin pun berdering-dering karena banyak yang memesan nugget sayuran. “Mereka senang karena anak-anak mereka juga suka,” ujar Anin tersenyum.

Modal awal yang dibutuhkan  Anin untuk membeli bahan nugget adalah Rp 150 ribu. Uang tersebut untuk membeli bahan utama nugget, yakni daging ayam giling, sayuran (wortel, bayam, dan brokoli), keju, telur, tepung maizena, tepung roti, serta cornflakes. Pembuatan nugget pun sangat sederhana dan mudah. Dengan komposisi yang sesuai dan seimbang, semua bahan dicampur lalu dicetak dalam loyang dan dikukus. Setelah matang, nugget dilumuri dengan tepung roti dan siap dikemas tanpa menggunakan bahan pengawet. Jika disimpan dalam freezer, nugget akan bertahan sampai dua minggu.

Bikin situs dan sistem agen
Lama-kelamaan nugget buatan Anin semakin dikenal. Selain sesama orang tua murid, kerabat  dan teman-temannya yang lain selalu antri memesan.  Melihat peluang ini, Anin pun melakukan promosi lewat internet. Situs www.nuggetku.net78.net dibuat untuk mempromosikan produk nuggetnya yang diberi label Nuggetku tersebut.  Di situs tersebut tertera nomor telepon dan alamat pemesanan nugget.

Sejak situsnya diluncurkan, Anin langsung kebanjiran order. Rata-rata orang penasaran dengan rasa nugget sayuran karena terbilang unik dibandingkan nugget-nugget lain yang dijual di supermarket atau pasar. Soal rasa, Anin mengaku memang tidak mirip dengan nugget buatan pabrik.

“Karena dicampur sayuran dan tidak menggunakan MSG, rasanya akan sedikit hambar. Namun kekenyalannya mendekati nugget daging untuh,” ujar ibu dua anak ini.

Anin juga sempat mendapat pesanan dari luar pulau Jawa, seperti Makassar dan Papua. Namun kendalanya, jika dikirim ke tempat-tempat yang jauh, saat tiba di tempat si pemesan nugget sudah tidak dalam keadaan beku. “Jadi harus langsung disimpan lagi ke freezer agar rasa dan kesegarannya terjaga,” jelas Anin. 

Suatu hari seorang teman Anin  mengaku tertarik untuk menjadi agen Nuggetku ini. Anin menyambut baik ide keagenan untuk memperluas jangkauan penjualan. Mekanisme sistem keagenan dilakukan dengan cara membeli putus produk Nuggetku sebanyak 30 bungkus. Untuk konsumen yang membeli secara eceran, Anin mematok harga  Rp 16.500 per bungkus, dengan berat 200 gram dan berisi 10 potong nugget.  Selain lewat pemesanan melalui telepon, nugget Anin juga bisa dijumpai di salah satu toko makanan organik di kawasan BSD, Serpong, Tangerang.

Tanpa asisten
Dalam seminggu paling sedikit Anin menerima order sebanyak 20 bungkus nugget. Seringkali dalam seminggu ia bisa menerima pesanan sejumlah Rp 2 juta. Jika diakumulasikan, sebulan Anin bisa menerima sebanyak Rp 8 juta dengan keuntungan bersih mencapai 40 persen. Untuk memproduksi nugget, biasanya Anin melakukannya di hari Senin dan Kamis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com