Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karpet Merah untuk Korporasi

Kompas.com - 23/11/2012, 02:25 WIB

”Rakyat kecil memang semakin disingkirkan dalam sistem pangan sekarang ini. Kecenderungan yang sama juga terjadi di perikanan,” kata Riza Damanik, Ketua Kelompok Kerja Perikanan.

Said Abdullah, Manajer Advokasi dan Jaringan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan mengatakan, jika industrialisasi pangan sebagai tujuan manfaat terbesar tentu saja akan dinikmati oleh penguasa teknologi, yaitu perusahaan. Akan sangat mungkin petani hanya akan menjadi korban. Dalam konteks food estate, misalnya, banyak petani yang terusir dari lahannya.

Industrialisasi pangan pada kenyataannya tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga menambah jumlah korporasi. Jika tahun 1970-an hanya ada 7.000 perusahaan multinasional, tahun 1990-an jumlahnya membengkak mencapai 37.000.

”Saat ini ada sekitar 100 perusahaan multinasional bidang pertanian pangan yang menguasai dunia dan bersaing dengan petani. Ini berdampak pada pemusatan kesejahteraan, keuntungan dan modal hanya pada kelompok ini,” kata Said.

Industrialisasi pangan di Indonesia, hendaknya menjadikan petani sebagai aktor utama. Kalau industri yang masuk, maka akan melahirkan praktik monopoli. Monopoli tidak saja mengakibatkan ketidakefisienan, tetapi juga membatasi inovasi.

Persoalan lain yang juga muncul, petani hanya akan menjadi buruh bagi industri. Kalau sudah seperti ini, jangan harap petani bisa sejahtera. Padahal yang dibutuhkan petani saat ini hanyalah akses lahan agar mereka bisa menggarap dan memproduksi pangan sendiri.

Arus utama

Profesor peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Effendi Pasandaran, mengatakan, dalam dunia modern petani tetap harus menjadi arus utama produksi pangan nasional. ”Tidak boleh diambil alih oleh pihak lain karena pangan itu merupakan hak dasar,” katanya.

Memang sekarang ini ada ancaman peran petani dalam produksi pangan akan digeser. Kalau petani tidak berperan dalam produksi dan hanya menjadi buruh, secara politik pemerintah tidak berpihak kepada petani.

Padahal, sejarah perluasan lahan pertanian pangan itu merupakan rintisan petani. Baru Belanda masuk dan membangun sarana irigasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com