Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2013, 10:39 WIB

Kain songket Palembang secara garis besar dapat dibedakan dalam hal penggunaan benang emas. Songket tawur, yakni kain songket yang penggunaan benang emasnya tidak banyak dan tidak rapat. Benang emas digunakan pada motif-motif tunggal yang menyebar. Benang emas juga digunakan pada bagian pinggiran dan tumpal.

Sebaliknya, pada songket lepus, penggunaan benang emas lebih rapat, bahkan memenuhi seluruh permukaan kain. Selain itu, kerumitan motif tampil lebih dominan. Tak heran, songket lepus berharga mahal dibandingkan songket tawur.

Seperti dikutip dari buku terbitan Dian Rakyat berjudul Songket Palembang, Indahnya Tradisi Ditenun Sepenuh Hati oleh Kiagus Zainal Arifin, tak dapat diketahui pasti sejak kapan kain songket dikenal di Palembang. Salah satu dugaan, kekayaan hasil tambang emas di era kerajaan Sriwijaya yang dijual ke negeri Siam atau Thailand, kembali ke Palembang dalam bentuk benang emas 14 karat. Pada masa itu berbarengan pula dengan masuknya benang sutra dari China. Teknik menyongket pun diperkirakan datang dari sekitar Kamboja dan Thailand.

Songket juga dapat bercerita tentang struktur kelas sosial di masyarakat pada zamannya. Unsur emas pada songket yang melambangkan kemuliaan membuat kain itu semula hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan Palembang. Masyarakat Palembang mengenal empat tingkatan trah keluarga, yakni Raden, Masagus, Kiemas, dan Kiagus. Di luar keempat trah tersebut tergolong masyarakat biasa.

Dengan demikian, hanya keluarga atau keturunan dari keempat trah itu saja yang dahulu bisa mengenakan songket-songket khusus. Rakyat biasa dibatasi misalnya hanya untuk upacara pernikahan atau acara khusus lainnya. Hal itu yang tak lagi berlaku saat ini. Terlebih ketika kain-kain songket bertransformasi menjadi aneka busana modern.

Keragaman motif songket Palembang diambil dari kekayaan alam sekitar, baik flora maupun fauna. Mulai dari bunga-bungaan, sulur daun, berbagai bentuk dedaunan, burung-burung, ikan, hingga kumbang. Motif-motif itu juga perlambang dari bermacam makna. Sebut saja misalnya motif bunga mawar yang dipercayai dapat mencegah malapetaka, bunga melati sebagai lambang dari kesucian hati, dan bunga tanjung yang melambangkan keramahtamahan.

Penamaan motif songket pun banyak yang mengacu pada bentuk yang terlihat. Seperti tertuang dalam buku tersebut, nama motif songket lainnya misalnya saja bintang berakam, naga besaung, limar bintang berantai, pacar cina, tetes mider, tampuk manggis, limar pulir, belah belimbing, juga kupu-kupu.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com