Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto: Di Nepal, Wanita Diasingkan Saat Menstruasi

Kompas.com - 09/06/2016, 11:37 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Makanan

"Ini adalah foto dapurku. Ibuku baru selesai memasak 'sel-roti'. Aku suka roti. Namun, selama menstruasi, aku tidak diperbolehkan masuk ke dapur.

Aku juga tidak diperbolehkan menyentuh barang-barang di dapur, alat, makanan, dan perangkat. Aku juga tidak diperbolehkan makan sel-roti.

Pada hari saat aku tidak menstruasi, aku bekerja dan makan di dapur yang sama, jadi makan secara terpisah saat menstruasi membuatku sedih. Aku merasa diasingkan, seperti orang asing yang bukan bagian dari keluarga." – Manisha Karki (14).

 

Rumah

"Ini adalah tempat di mana aku memandikan diriku saat menstruasi pertama kali. Ketika aku menstruasi untuk pertama kalinya, aku harus tinggal di rumah orang lain karena kami tidak diperbolehkan berada dalam rumah sendiri.

Jaraknya 15 menit dari rumah. Anak perempuan remaja merasa lebih aman dengan orangtua mereka sendiri, selama menstruasi atau tidak. Namun, mengikuti budaya sosial, kami harus tinggal di rumah lain untuk tujuh hari, di mana mungkin kami tidak aman." – Bisheshta Bhandari (15).

 

Ritual Budaya

"Dalam masyarakat kami, ritual budaya dan norma memiliki makna yang besar. Aku mengambil foto ini ketika ayahku dan paman sedang melakukan ritual yang disebut 'Masik', ritual bulanan yang dilakukan untuk mengingat anggota keluarga yang hilang.

Selama ritual ini, semua perempuan yang mengalami menstruasi tidak diperbolehkan untuk masuk, menyentuh alat-alat, atau membantu.

Kami diajari bahwa hal ini merupakan proses yang natural di sekolah, tetapi aku bertanya-tanya, mengapa hanya wanita yang harus merasa malu dan terikat oleh perubahan natural yang mereka alami, dan lagi, perubahan juga terjadi pada anak laki-laki, kan?" – Manisha Karki (14).

 

Sekolah

"Ini adalah kepala sekolah di sekolah kami. Aku ingin memberi tahu mengenai situasi yang dialami kami, anak-anak perempuan, selama menstruasi karena kurangnya layanan di sekolah.

Kami menghadapi banyak masalah karena tidak ada persediaan pembalut di sekolah. Tidak ada tempat yang sesuai untuk mengganti pembalut dan kami harus membakarnya setelah menggunakannya. Air minum bersih juga tidak disediakan.

Kami harus melewatkan kelas 3-4 hari setiap bulan dan manajemen yang baik untuk layanan-layanan ini akan mengubah skenario." – Sushma Diyali (15).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com