Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2017, 10:06 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Rambut rontok memang bisa menyebabkan kecemasan, apalagi jika helaian rambut yang berguguran itu jumlahnya cukup banyak. Walau begitu, rambut rontok sebenarnya bisa berarti hal yang normal.

Kerontokan rambut 50-100 helai perhari masih tergolong normal, menurut Asosiasi Dokter Dermatologi Amerika. Tapi, tak perlu panik jika Anda merasa jumlah rambut yang rontok lebih dari jumlah itu.

Sebuah penelitian yang dimuat dalam British Journal of Dermatology meneliti korelasi antara musim dengan rambut rontok.

Disebutkan bahwa pencarian rambut rontok di Google di 8 negara berbahasa Inggris selama 12 tahun meningkat di musim panas dan musim gugur, dibanding pada musim semi.

Kaitan antara peralihan musim dan rambut rontok itu konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel rambut untuk mengetahui telogen (fase kerontokan) rambut memang terbanyak di musim panas.

Para ahli dermatologi menjelaskan mengapa saat musim panas dan musim gugur rambut cenderung rontok.

Telogen rambut adalah rambut berada pada fase istirahat, yakni ketika rambut dilepaskan dari folikel rambut dan digantikan rambut baru. Fase ini bisa bertahan 3-4 bulan, kemudian rambut akan tumbuh kembali.

Walau demikian, kerontokan rambut juga bisa disebabkan karena faktor hormonal. Semakin bertambah usia, gangguan hormon makin sering terjadi yang berakibat pada rambut mudah rontok. Selain itu, kekurangan vitamin, gangguan tiroid, dan perubahan metode kontrasepsi, juga bisa menyebabkan kerontokan rambut.

Waspadai jika kerontokan rambut tidak diikuti oleh tumbuhnya rambut-rambut baru, karena dapat berakibat pada kebotakan. Periksakan pada dokter kulit dan ubah gaya hidup lebih sehat untuk mencegah kerontokan bertambah parah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com