Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mode Pakaian yang Berubah Cepat dan Dampaknya Bagi Lingkungan

Kompas.com - 09/01/2018, 11:47 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Lapar akan kebaruan

Limbah tekstil adalah konsekuensi yang tidak diinginkan dari fast fashion, karena lebih banyak orang membeli pakaian dan tidak menyimpannya selama seperti dulu.

Ekspansi besar-besaran ritel fast fashion memperburuk masalah dalam skala global. Lemari pakaian di negara maju sudah membosankan, sehingga untuk menjual lebih banyak produk, peritel harus menggoda pembeli dengan koleksi baru dan meyakinkan mereka bahwa barang yang mereka miliki saat ini tidak lagi modis.

Terjadi gelombang perubahan untuk membeli barang lebih murah dan baru, dibandingkan memperbaiki. 

Gaya hidup yang sibuk membuat banyak orang tidak memiliki waktu daripada generasi sebelumnya, dan dengan hilangnya keterampilan menjahit dan memperbaiki dari waktu ke waktu, tidak ada sedikit dorongan untuk memperbaiki pakaian. Munculnya pusat perbelanjaan busana besar juga memberikan dampak pada situasi ini.

Ada minat untuk mendaur ulang bahan tekstil yang sudah digunakan, namun tingkat daur ulang untuk tekstil saat ini masih sangat rendah.

Jadi, bisakah konsumen mengurangi ‘biaya lingkungan’ fast fashion saat berbelanja? Memilih kain ramah lingkungan sangat kompleks karena ada pro dan kontra untuk semua jenis serat.

Pakaian yang diberi label terbuat dari serat alami tidak melulu lebih baik dari pada sintetis, karena pilihan serat hanya satu bagian dari gambaran yang kompleks. Serat masih harus dipintal, dirajut atau ditenun, dicelup, jadi, dijahit dan diangkut—semuanya memiliki dampak lingkungan yang berbeda.

Misalnya, memilih kain organik lebih baik daripada memilih kain non-organik dalam hal bahan kimia yang digunakan untuk menumbuhkan serat, namun kapas organik masih memerlukan air dalam jumlah tinggi dan dampak pencelupannya lebih tinggi daripada dampak pencelupan poliester.

Bahan daur ulang seringkali paling baik, karena mengurangi tekanan pada sumber daya alami dan menangani masalah pengelolaan limbah yang semakin meningkat. Sebagai contoh, Patagonia adalah merek pakaian luar pertama yang membuat bulu poliester dari botol plastik.

Pada tahun 2017, diputuskan untuk merasionalisasi rentang kaos dari musim semi 2018, hanya akan menawarkan dua pilihan: kain katun organik 100 persen atau campuran katun daur ulang dan poliester daur ulang, yang menyebut bahkan penggunaan kapas organik memiliki dampak lingkungan yang negatif.

Inisiatif Love Your Clothes dari badan amal Wrap memberi informasi kepada konsumen pada setiap tahap proses pembelian, mulai dari membeli lebih cerdas, merawat dan memperbaiki barang, daur ulang dan akhirnya membuang secara bertanggung jawab. Pada akhirnya, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menjaga agar pakaian kita tetap digunakan lebih lama—dan mengurangi barang baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com