Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Hamil "Ngorok" dan Efek Negatif bagi Bayi di Rahimnya

Kompas.com - 21/03/2018, 21:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber BABYCENTER

KOMPAS.com - Mendengkur alias ngorok saat tidur kerap dipandang sebagai masalah yang sepele.

Banyak orang yang tidur dengan suara keras, tapi terlihat bisa tetap lelap dan beristirahat dengan baik.

Tapi, apakah benar demikian? Bagaimana dengan ibu hamil yang tidur mendengkur? Adakah ada risiko bagi bayi yang ada di dalam kandungannya?

James J. Herdegen, seorang pakar pulmonologi memberikan penjelasan tentang masalah ini, seperti dilansir laman Babycenter.com.

Baca juga: Anak Suka Mendengkur Bisa Berujung Obesitas

Pulmonologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran dan subspesialisasi dari ilmu kedokteran penyakit dalam.

Pulmonologi mencakup pengobatan penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Cabang ilmu ini berkaitan dengan seluruh gangguan paru-paru, saluran pernapasan atas, rongga dada, dan dinding dada.

Nah, menurut James J. Herdegen, mendengkur pada ibu hamil bisa mendatangkan efek negatif bagi janin.  

Mengapa demikian?

Menurut Herdegen, jika seseorang melewati istirahat malamnya dengan mendengkur, maka ada risiko sleep apnea yang mengintai.

Baca juga: Sering Ngorok dan Mengantuk Saat Siang? Waspadai Sleep Apnea

Semenatara, sleep apnea bisa menjadi penyebab putusnya aliran pernafasan untuk sementara waktu di tengah kondisi tidur. Ketika kondisi berhenti nafas itulah tubuh mengalami kondisi kekurangan oksigen.

Selama ini, sleep apnea di masa kehamilan telah dikaitkan dengan sejumlah kasus pada ibu hamil.

Misalnya, edema yang lebih besar (pembengkakan), kantuk di siang hari, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan hiperglikemia (gula darah tinggi).

Edema adalah akumulasi cairan di dalam jaringan yang menyebabkan tangan, pergelangan kaki, kelopak mata, dan bagian tubuh lainnya membengkak.

Perempuan hamil yang mendengkur memiliki prevalensi kelahiran sesar yang lebih tinggi dan bayi dengan berat lahir rendah.

Baca juga: Alat Ini Bisa Jadi Solusi Baru Hentikan Kebiasaan Mendengkur

Mereka mungkin juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi selama kehamilan.

Beruntung, bayi yang lahir dari ibu dengan sleep apnea tetap memiliki perkembangan fungsi otak dan fisik yang sama dengan bayi lainnya.

Namun, sebuah penelitian membuktikan, saat berumur satu tahun, bayi yang lahir dengan ibu dengan sleep apnea, memiliki skor perkembangan sosial yang lebih rendah, dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tidak mengalami sleep apnea.

Mendengkur selama kehamilan memang tidak jarang terjadi.

Faktanya, sekitar delapan persen wanita hamil mengaku mendengkur selama trimester pertama, dan lebih dari 21 persen mendengkur pada trimester ketiga.

Jadi, jika gejala mendengkur yang kita alami menunjukkan risiko sleep apnea, ada baiknya untuk menghubungi dokter. 

Mengobati sleep apnea selama kehamilan dapat memiliki manfaat kesehatan yang positif, tak cuma bagi si ibu, tapi pun bayi di dalam kandungannya.

Baca juga: Benarkah Posisi Seks Tingkatkan Peluang Hamil?

Ada pun perawatan yang dapat dipilih antara lain adalah:

- Mesin continuous positive airway pressure (CPAP) untuk membantu kita bernafas lebih mudah saat sedang tidur.

- Ada pula perangkat mandibular advancement, yang menggerakkan rahang bawah ke depan saat kita tidur.

Alat semacam ini membantu mengurangi penutupan di bagian belakang tenggorokan, penyebab utama sleep apnea.

- Atau, ada pula alat latihan yang berguna mereduksi keparahan sleep apnea dengan membantu kita menghindar dari posisi tidur tertentu.

Baca juga: Latihan Nyanyi Bisa Bantu Mengurangi Kebiasaan Ngorok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com