Tak perlu merasa sendirian mengalami hal ini, karena faktanya banyak pasangan yang terjebak dalam ketergantungan emosional.
Kita bisa mencegahnya dengan kejujuran dan komunikasi. Bagaimanapun, kita harus jujur pada diri sendiri.
Semakin banyak refleksi diri yang dilakukan, semakin kita dapat mengutarakan kebutuhan secara spesifik.
Kita juga bisa menentukan apa harapan yang belum kita dapatkan dari pasangan serta membedakan yang berada di luar nalar dan tidak.
Menurut Psikolog Klinis Dr. Dara Bushman, hancurnya pernikahan yang bergantung pada emosi sering kali terjadi karena hilangnya “rasa diri dan tujuan” seseorang.
Dengan kata lain, berusahalah untuk tetap menjadi diri sendiri, mempertahankan hal-hal positif yang kita miliki.
Menetapkan batas-batas fisik adalah salah satu pilihan terbaik kita dalam membangun jalan menuju kedekatan emosional.
"Tetap jalankan kegiatan, hobi, dan pertemanan seperti sebelum berkeluarga dapat meringankan beban dari pasangan kita untuk memenuhi kebutuhan kita," kata Bushman.
Baca juga: Sering Konflik dengan Pasangan Memicu Penyakit Fisik
Namun, ini bukan berarti kita tak boleh merasa tergantung dengan pasangan. Boleh saja, asalkan porsinya seimbang.
"Kedekatan emosional yang sehat terjadi ketika kita masih bisa menjadi diri sendiri, solid, dan kuat, yang kemudian ditingkatkan dan terinspirasi oleh pasangan," kata Bushman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.