Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2018, 06:13 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Kecanduan perilaku akan berdampak besar terhadap sisi kognitif seseorang. Gangguan kognitif akan memengaruhi kemampuan intelektual seseorang, tingkat perhatian, atensi, kemampuan membuat keputusan, daya ingat, hingga membuat perencanaan.

Dalam hal ini, kata Siste, fungsi eksekutif (membuat perencanaan) seseorang akan terganggu.

“Artinya semua keputusan dalam hidup dia tidak terencana dengan baik, impulsif, dia bisa membuat keputusan yang tidak masuk akal dalam kehidupannya. Pada akhirnya akan mengganggu fungsi dia,” ujar Siste.

Kecanduan gawai pun dibagi menjadi beberapa kategori, misalnya adiksi gawai, judi online, media sosial, porno, dan lainnya.

Dalam konteks media sosial, misalnya, adiksi bisa sangat memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Apalagi, kata Siste, ciri-ciri remaja sangatlah suka dengan perhatian dari luar karena akan mengangkat rasa percaya dirinya.

“Ketika likes sedikit, mereka merasa frustrasi dan merasa ada yang salah dengan diri mereka. Apakah kurang cantik, hidung kurang mancung. Jadi ada perasaan tidak nyaman ketika orang lain tidak menyukai apa yang mereka posting, jadi sebagai tempat pelampiasan emosi juga mencari perhatian,” tuturnya.

Menurut Siste, pasien terus berdatangan namun jumlahnya belum banyak. Oleh karena itu, pihaknya terus mempromosikan keluar tentang adanya klinik tersebut bagi mereka yang mengalami adiksi perilaku, salah satunya adiksi gawai.

Apalagi, berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya, 57 persen mahasiswa yang menjadi respondennya rentan mengalami kecanduan gawai.

Games menjadi jenis kecanduan perilaku yang paling banyak terjadi. Biasanya, games yang banyak dimainkan oleh mereka yang mengalami adiksi adalah game dengan tipe online dengan multipemain. Seperti Mobile Legends dan PUBG.

Games semacam itu cenderung disukai karena melibatkan relasi dengan orang lain serta bisa menjadi pelampiasan stres.

Namun, karena usia klinik masih baru, Siste mengaku pihaknya belum bisa memberikan angka jumlah pasien yang pasti.

“Jumlah (pasien) belum dihitung secara riil. Kalau anak mungkin sudah mencapai 20 orang. Tapi dewasa muda saat ini yang rutin berobat sekitar 10 orang,” kata Siste.

Saat ini, mayoritas pasien yang datang ke klinik dengan masalah adiksi perilaku cenderung mengarah pada adiksi games.

Adiksi ini memang sudah mendapatkan perhatian dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu telah menetapkan kecanduan bermain games sebagai salah satu gangguan mental dan disebut dengan istilah gaming disorder.

Sedangkan pasien yang menjalani perawatan karena masalah adiksi perilaku lainnya masih jarang.

Baca juga: Mengapa Media Sosial Tak Bikin Bahagia?

Menurut Siste, kesadaran masyarakat untuk berkonsultasi terkait jenis adiksi perilaku masih rendah. Misalnya saja untuk kasus adiksi penggunaan media sosial.

Penggunaan media sosial yang mengarah ke adiksi perilaku cenderung dialami perempuan. Penelitian yang pernah dilakukan Siste menunjukkan, banyak perempuan yang menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi dan untuk membangun citra diri.

Mereka merasa kepercayaan dirinya meningkat ketika foto yang diunggah ke media sosial disukai oleh banyak orang. Kemudian, tak sedikit yang kemudian kecewa atau sedih ketika likes yang didapatkan sedikit.

“Tapi yang datang berobat tentang itu belum ada. Justru belum sadar karena reaksi itu dianggap biasa,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com