Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ortoreksia, Komitmen Makan Sehat yang Kebablasan

Kompas.com - 29/10/2018, 12:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengganti bekal donat dengan semangkuk salad memang baik bagi mereka yang berkomitmen menjalani pola makan sehat.

Tapi, ketika keinginan makan donat tersebut menyebabkan rasa kecemasan atau makan salad menjadi kegiatan yng obsesif sampai menyebabkan kita melewatkan kegiatan sosial atau pekerjaan, maka kemungkinan itu termasuk sebuah obsesi tidak sehat.

Dalam beberapa tahun terakhir, para psikolog menyadari bahwa banyak orang menerapkan pola makan sehat secara berlebihan, yang akhirnya mengganggu kesejahteraan hidup mereka.

Kondisi tersebut dikenal dengan terminologi Orthorexia nervosa, mendeskripsikan obsesi patologis dengan makan sehat atau pola makan bersih (clean eating).

Orang dengan kondisi orthoreksia menghindari jenis makanan tertentu yang tidak ada dalam daftar makanan sehat mereka. Pola makan ini bisa menjadi sangat ketat dan berdampak pada kesehatan fisik maupun mental.

Meski begitu, orthoreksia tidak ada dalam daftar gangguan makan atau penyakit mental yang didiagnosa para psikolog. Selain itu, belum banyak penelitian ilmiah terkait topik ini.

Namun, National Eating Disorders Association telah membahasnya. Para pakar seperti psikolog Kasey Goodpaster, PhD mengatakan bahwa pembahasan mengenai fenomena ini terus berkembang dari tahun ke tahun.

"Obsesi dengan makan bersih adalah manifestasi dari budaya diet yang menekankan bahwa obsesi memiliki tubuh seringkali dibungkus dengan hasrat untuk sehat," katanya.

Baca juga: Diet Ketat Bisa Sebabkan Kulit Kering

Orang yang rentan masuk dalam kondisi orthoreksia bukan hanya mereka yang menerapkan pola makan vegetarian karena alasan etika atau pola makan bebas gula karena merasa tubuh lebih baik.

Orthoreksia adalah seseorang yang mengikuti aturan makan yang dibuatnya secara obsesif. Sehingga mereka akan menilai kelompok makanan tertentu sehat dan lainnya tidak.

Mereka biasanya mengalami perasaan bersalah atau cemas ketika mengkonsumsi makanan yang tidak masuk ke daftar sehat mereka.

Orthoreksia akan lebih fokus pada kualitas makanan, bukan kuantitas asupan makanan.

Namun, karena belum secara resmi dikelompokkan ke dalam penyakit makan (eating disorder) maka sulit untuk memberi batasan di mana pola makan sehat yang sudah masuk ke kategori ini.

Mereka yang orthoreksia melakukan pembatasan yang berlebih dan obsesi dengan pola makan sehat hingga menderita.

Padahal, makan adalah kegiatan yang sangat kompleks dan tak selalu bisa sempurna seperti apa yang direncanakan.

Baca juga: 5 Makanan dan Minuman yang Bikin Bahagia

Lalu, mengapa orthoreksia berbahaya?

Bagi para pemula, mengeliminasi kelompok makanan tertentu bisa menyebabkan malnutrisi dan juga kelebihan makan.

Misalnya, seseorang yang mengeliminasi gula sepenuhnya akan merasakan kelaparan yang meningkat dan saat kendali itu hilang, mereka akan merasa bersalah yang mendalam dan akan berakhir pada terlalu banyak makan.

Ada pula komponen sosial yang harus diperhatikan. Berbagi makanan banyak dilakukan oleh masyarakat saat ini dan bisa menjadi momentum menghabiskan waktu bersama kerabat.

Jadi, ketika kita membatasi makan tanpa fleksibilitas, bisa terjadi isolasi sosial dan kesedihan emosional.

Goodpaster menambahkan, hal ini juga bisa berimbas pada kualitas hidup seseorang yang sepanjang harinya memikirkan makanan bersih.

Karena belum digolongkan ke dalam gangguan makan, maka tidak ada pengobatan spesifik untuk orthoreksia. Namun, para pakar mengatakan pengobatannya bisa seperti anoreksia atau obsessive compulsive disorder (OCD) yang menjadikan psikoterapi sebagai pengobatan terbaik.

"Penelitian lanjutan dibutuhkan sebelum orthoreksia digolongkan ke dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder)," kata Goodpaster.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com