Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2019, 09:40 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Hasil yang sama juga ditunjukan ketika pemeriksaan ditindaklanjuti setahun kemudian.

Temuan ini membuat peneliti menyimpulkan mereka yang memiliki kepribadian yang dianggap baik oleh masyarakat lebih rentan mengalami depresi.

Ini terjadi karena mereka lebih cenderung mudah empati, merasa ikut bersalah atas hal-hal buruk yang terjadi, dan stres yang ekstrem.

Selain itu, kepekaan emosional ini terhubung ke daerah terdalam dan paling otomatis di otak — tempat yang mudah memicu depresi.

Namun, hal ini jangan membuat kita berhenti untuk menjadi orang baik.

Dr. Mauricio Delgado, seorang ilmuwan saraf di Rutgers University, mengatakan amygdala dan hippocampus memang wilayah otak terkait stress dan sangat sensitif pada orang-orang dengan jiwa pro sosial yang tinggi.

Namun, ada banyak wilayah otak lainnya yang terkait dengan depresi, misalnya korteks prefrontal, wilayah otak yang terkait dengan pengaturan perasaan otomatis ini.

Dengan melatih proses otak tingkat tinggi (seperti pre-frontal cortex) melalui terapi bicara, mereka yang berjiwa pro-sosial dapat belajar mengendalikan dan memerangi emosi mereka yang lebih mendasar.

Saat kita semakin ahli menggunakan korteks pre-frontal untuk meredakan stres yang didorong oleh amigdala, semakin kecil kemungkinan kita mengalami depresi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com