Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2019, 17:22 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baju bekas atau istilah kerennya preloved kini mulai dilirik banyak orang.

Namun, yang namanya pakaian bekas tentu menjualnya tak semudah menjual pakaian baru. Perlu teknik khusus untuk menarik pembeli.

Kecuali kita seorang artis ternama, mungkin tak perlu susah payah untuk menjual koleksi pakaian yang pernah kita kenakan.

Ada banyak hal yang dipertimbangkan orang sebelum rela mengeluarkan uang demi membeli pakaian bekas.

Jadi, ada baiknya kita berhati-hati saat mempromosikan pakain bekas yang ingin kita jual.

"Apa pun yang pudar, ternoda, atau dimakan ngengat lebih baik dibuang" kata pakar minimalis pakaian, Anuschka Rees.

Baca juga: Jual Barang Bekas, Wanita Ini Berpenghasilan Rp 354 Miliar Per Tahun

Terkadang, kita juga merasa tak rela menjual pakaian kesayangan yang tak lagi kita gunakan.

Daripada hanya sekadang memenuhi lemari, sebaiknya kita menjualnya untuk menambah penghasilan.

Cobalah lakukan uji coba dengan menyimpan pakaian selama beberapa hari untuk melihat apakah kita benar-benar tak akan memakainya.

Yang harus kita pikirkan, uang tunai yang kita dapatkan bisa menganti kesenangan kita saat mendapatkan pakaian tersebut.

Jadi, daripada memenuhi lemari kita dengan barang yang tak berguna, mengapa tak kita jadikan saja sebagai tambahan penghasilan?

Nah, berikut ini tips sukses menjual baju bekas.

1. Beri harga yang wajar

Pakaian bekas yang terlihat masih baru bisa memiliki harga yang mendekati harga pengecer. Namun, kita tetap harus memberi harga wajar, setidakya 50 persen dari harga asli.

Ini merupakan nominal terbaik daripada kita hanya membiarkannya memenuhi lemari pakaian.

"Ini semua tentang titik harga Anda," kata Daniel Wilmot, yang berhasil menjual kembali sneakers bekas dengan untung 40.000 pondsterling atau Rp 755 juta per tahun.

Wilmot memiliki media khusus yang menjual eksklusif dan produk kolaborasi.

Menurut dia, ada banyak orang yang tertarik dengan apa yang ia jual. Tapi, tentu saja banyak orang tidak rela menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk membeli pakaian bekas.

Oleh karena itu, ia hanya menjualnya Rp 755.000 per pasang. Menurut dia, orang lebih suka pada outlet dengan harga yang tidak menguras kantong.

Baca juga: Perseteruan Chanel dengan Platform Barang Preloved

Dengan prinsip ini, Wilmot pun kewalahan untuk memenuhi permintaan pelanggannya.

So, jadilah realistis dengan pakaian kita sendiri.

"Lakukan riset sebelum kamu menentukan harganya. Lihat di forum, eBay. Cari nomor produk dan kamu akan menemukan pengecer di aplikasi Google Shopping. Orang-orang saat ini cerdas dan mereka mencari harga terbaik," ucap dia.

Ia mengatakan, telah tersedia banyak aplikasi yang membantu penjual untuk berkomunikasi dengan pelanggang.

“Tetapkan harga berdasarkan kesepakatan demi kesepakatan. Saya pernah memberi seorang pria beberapa sneakers, dan dia memberi saya bayaran menginap di sebuah hotel," ucap dia.

2. Beli dengan cerdas

Fesyen selalu mengalami perubahan.

Jadi, jangan terlalu berharap pakaian produk high-street dengan hiasan slogan kita akan selalu diminati.

Bagaimana pun, pakaian kelas premium selalu memiliki nilai jual, apalagi jika diproduksi dari label yang banyak diminati.

Semakin terkenal nama label, semakin tinggi peluang kita untuk kembali menjualnya.

"Merek seperti Saint Laurent, Louis Vuitton, Dior dan Gucci selalu memiliki nilai jual kembali yang tinggi."

Demikian kata Bertrand Thorel, kepala pakaian pria dan arloji di situs penjualan barang mewah, Vestiaire Collective.

Memiliki jaket kulit dari merek sekelas Saint Laurent tak hanya membantu memperindah penampilan.

Saat kita menjualnya kembali, kita bisa mendapatkan kembali tiga perempat dari uang yang kita gunakan untuk membelinya.

Ini terasa seperti kita mendapatkan barang mewah dengan diskon 75 persen.

Baca juga: Ingin Belanja Barang Preloved Branded, Perhatikan 3 Hal Ini

Uniknya, hal ini juga membantu mengawasi industri.

"Kedatangan atau kepergian direktur kreatif berdampak pada minat dan karenanya cenderung meningkatkan atau menurunkan nilai suatu barang," kata Thorel.

Jika kita memiliki produk karya Hedi Slimane dari Saint Laurent, atau Raf Simons dari Dior, sekarang saatnya untuk menjual kembali.

3. Simpan perangkat yang didapat saat membeli

Syal Hermès adalah aksesori mewah yang diminati banyak orang. Tapi ketika ingin kembali menjualnya, syal tersebut menjadi tak berharga tanpa kuitansinya.

"Ini bukti pembelian dan keaslian," kata Thorel.

Layanan seperti Vestiaire Collective akan melakukan proses otentikasi setiap bagian sebelum dijual.

Tapi, kuitansi menjadi hal berarti saat kita menjualnya lewat platform yang tak menyediakan layanan otentikasi seperti eBay - yang membebankan komisi lebih rendah, di mana ketakutan mendapatkan barang tiruan mencegah pembeli menghabiskan banyak uang.

Kuitansi tak hanya menunjukkan keaslian produk.

Lalu, menurut Wilmot, sepatu kets akan menjadi kurang berharga saat tak lagi memiliki kotak atau label asli.

Simpan baik-baik semua itu bersamaan dengan kita menyimpan outfit yang kita beli.

Cara ini tak hanya membuat barang tersimpan rapi, tetapi menghasilkan angka yang fantastis saat kita menjualnya kembali.

Jadi, pastikan outfit yang kita beli tetap dalam kondisi baik.

Baca juga: Baju Preloved Jessica Iskandar Dijual di Tinkerlust

“Saya menyimpan semua sepatu dengan dua boks. Itu memang memakan biaya tambahan. Tetapi jika saya pembeli, saya tidak ingin boks itu hancur saat tiba," ucap dia.

Menurut dia, investasi tambahan itu akan membuat pelanggan puas dan kembali membeli produk kita.

4. Perhatikan foto produk

Jika menjual pakaian bekas secara online, foto produk sangat menentukan. Foto produk yang terlalu gelap tak akan mengundang pembeli.

Kita tak perlu melakukan foto di studio mahal. Kita cukup mengambil foto produk yang akan kita jual di luar atau dekat jendela.

"Cahaya alami dan latar belakang polos akan membuat foto terlihat sempurna,” kata Wilmot.

Saat mempromosikan produknya, Wilmot selalu memakai latar putih atau lantai beton menciptakan rasa keseragaman di tokonya.

Menggunakan latar lantai beton juga membuat kita mudah mengambil foto di mana saja.

Namun, ia menyarankan kita untuk memastikan foto yang kita ambil benar-benar jernih, rapi, dan fokus utama terletak pada produk.

Ia juga menyarankan kita untuk mencerahkan warna atau menghilangkan cahaya silau pada gambar.

Selain itu, hindari filter yang bisa mengubah warna asli produk.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com