Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2019, 10:24 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com -  Kehamilan sungguh merupakan rahasia Tuhan. Setidaknya hal itulah yang dialami oleh perempuan 39 tahun, bernama Elizabeth Kough.

Dengan mata berbinar-binar, ibu empat anak itu memeluk lembut bayi mungil dalam gendongannya, sambil menyebut anak itu sebagai keajaiban.

Kehamilan hingga saat kelahiran bayi yang diberi nama Benjamin itu memang merupakan kejutan besar bagi Kough.

Dia tak pernah berpikir akan mendapatkan satu anak lagi, setelah sebelumnya -empat tahun silam, Kough menjalani operasi pengangkatan tuba fallopi.

Tuba fallopi atau yang disebut juga dengan nama buluh rahim, adalah dua buah saluran yang sangat halus yang menghubungkan ovarium dengan rahim.

Buluh rahim mempunyai tugas membawa sel telur dari ovarium menuju ke rahim. Dengan pengangkatan kedua saluran itu, maka mustahil bagi Kough akan mengalami kehamilan.

Baca juga: Hati-hati, Risiko Cedera Leher Rahim Akibat Hubungan Seks

Selain sebagai metode kontrasepsi (mencegah kehamilan), operasi semacam ini pun bisa dilakukan dalam upaya menekan risiko munculkan kanker ovarium.

Bagi Kough hal ini merupakan keuntungan, karena dalam keluarganya pun ada sejarah penyakit serupa.

"Saat itu saya sudah menginjak usia 35 tahun, dan secara medis kerap disebut kehamilan di atas usia itu amat berisiko."

"Selain itu, saya sudah bercerai kala itu, dan telah memiliki tiga anak, sehingga segalanya sudah terasa cukup bagi saya," kata dia.

Kough menjalani prosedur pengangkatan buluh rahim di Virginia, Amerika Serikat, tempat di mana dia menetap saat itu.

Setelah tiga tahun berlalu, Kough pindah ke Missouri, karena menjalani sebuah hubungan asmara.

Lalu, keanehan pun muncul karena dia mulai merasakan gejala kehamilan kala itu.

"Sebelumnya saya pernah membaca, bahwa jika saya hamil setelah operasi yang saya jalani, maka ada kemungkinan saya mengalami kehamilah ektopik, dan itu bisa amat berbahaya," kata dia.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang di luar rahim. Sebab, kehamilan terjadi di mana sel telur yang telah dibuahi menempel di tempat lain selain di dalam rahim.

"Lantas saya pikir, tak ada salahnya jika saya melakukan tes kehamilan. Lagi pula saya tak pernah berpikir bahwa gejala yang saya alami adalah karena hamil," sebut dia.

Baca juga: Perubahan Iklim Dapat Ganggu Kesehatan Jantung Janin

Kejutan

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com