Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 07/12/2022, 01:11 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Alasan lain munculnya bau amis adalah trikomoniasis. Ini adalah infeksi menular seksual yang paling umum, dan dapat disembuhkan.

Biasanya, pengidap masalah ini memiliki vagina dengan bau yang lebih kuat daripada vaginosis bakteri.

Kondisi ini sering disertai dengan keluarnya cairan berwarna hijau, gatal, dan nyeri saat buang air kecil.

Bau yang muncul adalah dari trimethylamine -senyawa organik berbau amis, pada vagina, yang juga merupakan penyebab bau pada ikan yang membusuk.

Biasanya, penggunaan antibiotik cukup untuk mengobati infeksi semacam ini.

6. Bau "sigung" atau menyengat

Jika aroma vagina menyengat mirip dengan semburan khas berbau menyengat dari binatang sigung, sebenarnya bukan tanda masalah serius.

Vagina mengeluarkan bau semacam ini mungkin karena keringat dan stres emosional.

Ini karena keringat keluar melalui kelenjar apokrin yang ada di ketiak dan pangkal paha, kerap bereaksi saat merespons tekanan emosional.

Jika stres atau kecemasan sedang hinggap, kelenjar apokrin bahkan dapat menghasilkan cairan seperti susu, yang berbau tajam.

Ini karena bakteri vagina pada vulva bergerak dengan cairan yang sebelumnya tidak berbau untuk membuatnya menjadi beraroma menyengat.

Baca juga: 5 Perilaku Seks yang Membahayakan Vagina

7. Bau busuk

Bau busuk mungkin bukan menandakan masalah pada vagina, tapi ada sesuatu di dalamnya.

Jika bau yang busuk muncul seperti organisme mati, mungkin itu adalah tampon yang tertinggal di dalam liang vagina.

Ketika aliran menstruasi sudah mereda, sangat mungkin mereka yang menggunakan pembalut model ini lupa menariknya keluar.

Keteledoran ini dapat menyebabkan kondisi langka yang disebut Toxic Shock Syndrome (TTS).

Gejala-gejala TTS lainnya termasuk pusing, mual atau diare bersama dengan bau busuk yang kuat muncul dari vagina.

Tampon yang terlupakan menyebabkan penumpukan bakteri, yang mengeluarkan bau busuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com