Informasi simpang siur saat penderita kanker meninggal selagi mendapatkan perawatan dokter, akhirnya memberi citra buruk bagi kemoterapi.
Sebab ada istilah kemo-paliatif yang tidak banyak diketahui apalagi dipahami awam.
Jenis pemberian obat tidak untuk mengobati kankernya. Melainkan hanya untuk memerbaiki kualitas hidup penderita saat sel kanker sudah terlalu menyebar di tahapan lanjut, atau stadium akhir.
Karenanya, pada tindakan paliatif, obat kemo hanya diberi sekian persen saja dibandingkan dosis ‘kemo-terapi’.
Baca juga: Resep Kebahagiaan: Jiwa dan Raga di Usia yang Sama
Cepat atau lambat, pasien memang akan meninggal dengan kondisi yang sudah seperti itu. Tapi apabila keluarga atau awam masih berharap kemo paliatifnya adalah ‘kemoterapi’, maka tak heran kekecewaan saat penderita meninggal menyisakan komentar-komentar buruk seputar kata ‘kemo’.
Hingga hari ini, diagnosa kanker tetap menjadi momok bagai halilintar keras di siang hari bagi siapa pun.
Fokus kita sudah saatnya menjadi berimbang. Bukan hanya soal penemuan obatnya apa, tapi semua kontributor penyebabnya harus dilibas.
Mulai dari makanan dan minuman yang tidak dibutuhkan tubuh, polusi, rokok, hingga pernikahan usia dini.
Semua itu faktor yang dibuat manusia sendiri. Hanya kurang dari sepuluh persen yang kita serahkan pada nasib dan bawaan genetik.
Baca juga: Ketika Manual Hidup Sehat Ketlingsut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.