Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampir ke Pasar Cihapit, Kamp Tawanan Jepang yang Jadi Surga Kuliner

Kompas.com - 08/12/2019, 12:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Kamp tawanan

Namun pada masa kedudukan Jepang, Cihapit memasuki masa kelamnya. Menurut beberapa literasi, dulu kawasan Cihapit dijadikan Kamp Interniran atau tawanan atau kampung penjara.

Batasnya adalah pagar anyaman bambu dan kawat berduri dengan beberapa penjaga.

Penjagaan tidak hanya dilakukan tentara Jepang, tetapi oleh tentara Indonesia yang saat itu tergabung dalam Heiho.

Reza mengatakan, saat dibuka 17 November 1942, penghuni Kamp Interniran Cihapit sekitar 14.000.

Baca juga: Diet Sarapan Pisang Ala Jepang, Benarkah Bisa Berhasil?

Dengan jumlah sebanyak itu, mereka tinggal berhimpitan. Ada kalanya satu rumah kecil, dihuni 20 orang.

Kamp tawanan pada masa penjajahan Jepang dipisahkan ke dalam tiga kelompok, untuk anak-anak dan wanita, pria remaja, dan pria dewasa.

Para tahanan Kamp Cihapit mendapat dua kali kebaikan hati kaisar, yaitu diperbolehkan mengirimkan kartu pos kepada suami dan anak di kamp lainnya.

Surat yang dituliskan tidak lebih dari 25 kata, tidak boleh dituliskan tanggal dan ditulis dalam bahasa Indonesia.

Selain itu surat tidak boleh berisi berita mengenai nama kamp, nama penyakit, menurunnya berat badan dan berita negatif lainya.

Berita yang diperbolehkan untuk diceritakan dalam kartu pos adalah berita baik dan yang menggembirakan saja.

Namun, hal ini pun tidak mudah karena sulitnya alat tulis, pena, kartu pos dan waktu penulisan yang terbatas.

Dalam kamp tersebut tercatat 243 korban meninggal. Kamp ini ditutup Desember 1944 dengan jumlah tawanan sebanyak 10.000 jiwa.

“Mereka dipindahkan ke berbagai kamp di Jakarta, Bogor, dan Jawa Tengah,” tutup Reza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com