KOMPAS.com - Di media massa atau di sekeliling kita, kekerasan pada anak kerap kali terjadi. Pelakunya beragam, mulai dari oleh orangtua sendiri, kerabat, hingga pihak-pihak tidak bertanggungjawab lainnya.
Sebagian anak yang menjadi korban kekerasan bahkan sampai kehilangan nyawanya. Di Indonesia, beberapa kasus kekerasan pada anak sempat mendapat perhatian khusus, seperti kasus Arie Hanggara dan Angeline.
Tahukah kamu bahwa kekerasan pada anak tidak hanya sebatas kekerasan fisik saja, namun ada beragam bentuk kekerasan pada anak yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya.
Sebelum berbicara mengenai bentuk kekerasan pada anak, ada baiknya jika kamu mengetahui terlebih dahulu definisi dari kekerasan pada anak.
Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar.
Kekerasan pada anak tidak hanya terjadi di keluarga yang miskin atau lingkungan yang buruk. Fenomena ini dapat terjadi pada semua kelompok ras, ekonomi, dan budaya. Bahkan pada keluarga yang terlihat harmonis pun bisa saja terjadi kekerasan pada anak.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, sebagian besar pelaku kekerasan pada anak merupakan anggota keluarga atau orang lain yang dekat dengan keluarga.
Oleh sebab itu, kita harus lebih berhati-hati dalam melindungi anak. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa orang asing juga bisa melakukannya.
Selain itu, kekerasan pada anak juga bisa terjadi secara tidak sengaja. Dengan kata lain, tidak ada niatan awal untuk menyakiti anak atau memang memiliki masalah kejiwaan sehingga pelaku bertindak di luar kesadaran.
Baca juga: Kekerasan Bukan Pola Asuh Mendisiplinkan Anak
Kekerasan pada anak menjadi masalah yang cukup sulit dihentikan. Di berita sehari-hari seringkali dijumpai kabar mengenai anak yang dipukuli, dirundung, dan sebagainya. Hal tersebut tentu sangatlah memprihatinkan.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa kekerasan pada anak hanyalah seputar kekerasan fisik. Namun, itu hanyalah salah satu bentuk kekerasan pada anak. Bentuk-bentuk kekerasan pada anak yang perlu kita ketahui, di antaranya:
Kekerasan fisik
Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti tubuh anak atau membuat fisiknya dalam keadaan yang berbahaya.
Anak yang mendapat kekerasan fisik dapat mengalami luka yang ringan, berat, hingga meninggal. Contoh bentuk kekerasan fisik, yaitu memukul, melempar, mencekik, menyundut rokok pada anak, dan semacamnya.
Baca juga: Sudah Bukan Zamannya Mendisiplinkan Anak dengan Memukul
Kekerasan emosional
Tak hanya fisik yang dapat tersakiti, mental anak juga bisa terganggu ketika mendapat kekerasan emosional.
Kekerasan emosional merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti mental anak hingga membahayakan perkembangan emosinya.
Contoh bentuk kekerasan emosional, yaitu membentak, meremehkan, menggertak, mempermalukan, mengancam, dan tidak menunjukkan kasih sayang.
Kekerasan seksual
Kekerasan seksual merupakan segala jenis aktivitas seksual dengan anak. Tidak hanya kontak fisik, kekerasan seksual juga bisa melalui verbal ataupun materi lain yang dapat melecehkan anak.
Contoh bentuk kekerasan seksual, yakni melakukan kontak seksual dengan anak (mulai dari berciuman ataupun melakukan hubungan seks), memaksa anak mengambil foto atau video porno, melakukan call sex, menunjukkan alat vital pada anak, mempertontonkan film porno, dan lainnya.
Penelantaran
Penelantaran merupakan salah satu bentuk kekerasan yang juga dapat terjadi pada anak. Ini terjadi ketika orangtua atau pengasuh tidak merawat atau melindungi anak sehingga anak menjadi terlantar.
Tidak menyediakan kebutuhan dasar anak, seperti makanan, pakaian, dan kesehatan, juga merupakan bentuk penelantaran anak.
Selain itu, meninggalkan anak sendirian untuk waktu yang lama, atau dalam keadaan yang berbahaya juga termasuk dalam penelantaran anak.
Baca juga: 10 Kesalahan Ayah saat Menghukum Anak
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak yang mendapat kekerasan lebih menderita secara mental. Kekerasan pada anak tentu akan memberi efek pada diri mereka yang dapat berdampak buruk. Beberapa efek kekerasan pada anak, di antaranya:
Kurang memiliki kepercayaan dan sulit menjalin hubungan
Anak yang pernah menjadi korban kekerasan akan lebih sulit percaya pada orang, termasuk pada orangtuanya sendiri.
Hal ini juga dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menjalin hubungan, atau bahkan menciptakan hubungan yang tidak sehat di masa depan.
Memiliki perasaan tidak berharga
Anak yang mendapat kekerasan juga akan memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Hal ini dapat membuat anak mengabaikan pendidikannya dan hidupnya menjadi rusak dengan rasa depresi, terutama pada korban kekerasan seksual.
Sulit mengatur emosi
Kekerasan pada anak juga dapat membuat mereka kesulitan mengatur emosinya. Anak akan kesulitan mengekspresikan emosi dengan baik hingga membuat emosinya tertahan dan keluar secara tak terduga.
Bahkan saat dewasa, dapat mengalihkan depresi, kecemasan, atau kemarahannya dengan mabuk-mabukan atau mengonsumsi narkoba.
Jika kita merasa bahwa anak mengalami kekerasan, sebaiknya segera cari bantuan ke psikolog atau psikiater anak. Anak perlu mendapat pendampingan yang tepat sehingga kondisinya mental tidak terganggu.
Namun, jika Anda merasa telah melakukan kekerasan pada anak, maka HENTIKAN perlakukan buruk itu. Segera lakukan konseling dengan psikolog atau psikiater untuk membantu menghentikan hal tersebut sehingga tidak lagi terjadi.
Baca juga: Ayah, Jangan Lakukan 5 Hal Ini pada Anak
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.