KOMPAS.com - Sebagai retail yang menyediakan sneakers dan streetwear terkemuka, Atmos telah melewati perjalanan yang tidak mudah.
Menurut, Hirofumi Kojima atau yang karib disapa Koji, selaku creative director Atmos, perjalanan Atmos selama 20 tahun tidaklah selalu mulus.
“Seperti kita tahu, dulu sneakers hanya dipakai untuk sportwear. Seperti basket, lari. Nah, dari situ dibentuklah budaya sneakers untuk streetwear fashion. Sekarang sudah tidak hanya untuk sportwear saja,” ujar Koji dalam pembukaan gerai Atmos Indonesia di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2019).
Baca juga: Atmos Resmi Buka Gerainya di Indonesia
Melihat peluang itu, Atmos lantas membuka gerainya sembari perlahan meperkenalkan sneakers culture di Jepang.
“Di Jepang 20 tahun lalu belum banyak yang suka sneakers dan belum banyak yang memahami sneakers. Namun seiring waktu, tren itu sekarang menjadi lebih maju dan semakin banyak customers yang menyukai sneakers,” ucapnya.
Saat itu, kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana bisa memperkenalkan budaya menggunakan sneakers sebagai salah satu fashion item. Mengingat media masih sangat terbatas.
“Zaman dulu juga belum ada sosial media, jadi untuk mengenalkan budaya sneakers ini sangat sulit. Kami hanya bisa mengandalkan buku atau majalah, sangat terbatas ya,” katanya.
Meski demikian, Atmos tak menyerah. Mereka yakin bahwa suatu saat budaya memakai sneakers akan berhasil diperkenalkan di Jepang.
Benar saja, kini bahkan Atmos telah berhasil bekerjasama dengan brand terkemuka dan menghasilkan sneakers langka yang begitu dicari para kolektor.
“Kami tidak menyerah dan terus berusaha hingga sekarang sudah menjadi seperti ini,” kata Koji.
Baca juga: Brand Sneakers Berperang Melawan Bot