Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/03/2020, 12:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

Dengan demikian, kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan, istilahnya ada rasa khawatir, prihatin, dan rasa takut dengan tingkat yang berbeda-beda.

Jadi, rasa cemas atau kecemasan yang dialami orang-orang selama ini tampak berada di luar kemampuan sebagai sosok manusia. Ada perasaan tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa yang terjadi di luar.

Jalan yang ditempuh dengan cara menghindari dan menjauhkan diri dari sumber kecemasan tersebut.

Sigmund Freud (1856-1939) (dalam Atkinson, 1993:212), pendiri aliran psikoanalisis, adalah yang pertama kali yang memfokuskan diri tentang makna kecemasan.

Freud membedakan kecemasan menjadi dua bagian, yaitu kecemasan objektif dan kecemasan neurotis.

Kecemasan objektif adalah respons yang realistis terhadap bahaya eksternal, sama dengan rasa takut.

Kecemasan seperti ini persis seperti orang-orang menghadapi virus Corona (Covid-19), ada rasa takut yang berlebih karena sudah terbukti banyak yang terjangkit.

Kekhawatiran yang sudah mengganggu segi fisik dan psikis sehingga menimbulkan kecemasan.

Lain halnya dengan kecemasan neurotis timbul dari konflik tak sadar dalam diri individu. Oleh karena konflik itu tak disadari, maka individu tidak mengetahui secara persis apa alasan kecemasan yang dialaminya itu.

Freud yakin kecemasan yang terjadi karena konflik yang tidak disadari antara impuls id dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan superego.

Kecemasan model seperti ini, memang lebih kepada kekhawatiran yang seolah mengada-ada. Tak ada objek yang ditakuti, tetapi merasa terancam atau cemas atau gelisah pada sesuatu hal.

Lain halnya menurut Frans Sinuor Yoseph (dalam Sobur, 2003:299) mengatakan bahwa dalam situasi kecemasan, orang akan merasa terancam.

Orang yang terancam keselamatannya tidak mengetahui langkah dan cara yang harus diambil untuk menyelamatkan dirinya.

Jadi kecemasan adalah rasa sudah terkepung, sudah terjepit, dan sudah terperangkap oleh dan di dalam bahaya. Persepsi indrawi pun tidak bertambah tajam, sebagaimana dalam rasa takut, justru semakin kabur.

Lagipula, kata Yoseph, kecemasan selalu menampakkan diri dalam berbagai bentuk serta intensitasnya karena kecemasan merupakan sikap dasariah bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap bahaya yang mengancam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com