BANDUNG, KOMPAS.com – Berawal dari niat ingin membantu tetangga dan teman-teman sekolah anaknya, Cucu Sumiati (37 tahun) memanfaatkan kain perca sisa sprei produksinya untuk dijadikan masker.
Sebab saat itu masker langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya mahal. Dengan masker yang dibagikan, Cucu juga ingin mengedukasi warga agar menggunakan masker kain yang bisa dicuci berkali-kali.
“Stop menggunakan masker bedah, agar harganya bisa kembali normal dan tenaga medis tidak kesulitan lagi untuk membelinya,” ujar pemilik perusahaan bedset “Bubukaka” ini saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/4/2020).
Kemudian ada temannya yang berprofesi sebagai dokter minta dibuatkan masker kain.
Masker itu akan dibagikan kepada pasien-pasiennya yang berobat tanpa mengenakan masker. Sekaligus mengedukasi pasien untuk mengenakan masker saat sakit.
Cucu lalu memproduksi masker kain satu lapis dengan harga Rp 3.500 per pieces. Harga yang terbilang murah itu membuat permintaan membludak.
Di luar dugaan, banyak tetangga yang memesan untuk para pegawainya. Ada pula pesanan sebuah bank dan perusahaan media di Bali.
Karena bahan baku terbatas dari mulai kain perca dan tali, ia akhirnya menutup produksi masker kain satu lapis.
Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung ini pun mulai menjual masker kain dua lapis. Di bagian tengah kain, bisa diselipkan tissue sebagai penyaring.
Proses pembuatan ia lakukan sendiri secara homemade. Ia tidak berani merekrut orang karena pembatasan interaksi untuk mencegah penularan virus corona.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.