Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Terkini Berbagai Negara Lawan Pandemi Covid-19

Kompas.com - 21/04/2020, 11:18 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber CNN

Kartu kekebalan tubuh

Chile akan mulai mengeluarkan kartu kekebalan digital minggu ini kepada orang-orang yang telah pulih dari virus corona, menurut pengumuman dari pejabat kesehatan pada Senin (20/4/2020).

Kartu yang disebut "Kartu Covid" itu akan diberikan kepada orang yang positif terkena virus dan mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah karantina 14 hari.

Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, mengatakan awal bulan ini Inggris sedang meninjau gagasan "sertifikat kekebalan" untuk memungkinkan mereka yang memiliki antibodi kembali ke kehidupan normal.

Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases di AS, juga sedang mempertimbangkan hal serupa.

Fauci mengatakan, ide warga Amerika yang membawa sertifikat kekebalan guna membuktikan mereka telah dites positif untuk antibodi terhadap Covid-19 bisa memiliki manfaat dalam kondisi tertentu.

Baca juga: Trump Luncurkan Panduan Membuka Amerika Kembali di Tengah Wabah Covid-19

Ilustrasi rumah tradisional terbuat dari batu di Izmir, Turki. SHUTTERSTOCK/AYHANTURANMENEKAY Ilustrasi rumah tradisional terbuat dari batu di Izmir, Turki.

Lockdown di akhir pekan

Turki memberlakukan lockdown secara khusus hanya di akhir pekan, serta jam malam selama 48 jam yang memengaruhi tiga perempat populasi di 31 provinsi.

Sepanjang minggu ini, anjuran tinggal di rumah di Turki hanya berlaku untuk orang-orang yang berusia di bawah 20 tahun atau lebih dari 65 tahun.

Sementara, setiap orang yang berusia 20 - 65 tahun diizinkan keluar, meski banyak usaha kecil tutup, restoran hanya melayani pengiriman atau pengambilan pesanan, tempat umum tidak beroperasi, dan jam buka bank terbatas.

Kawasan Navajo di Arizona, tempat reservasi suku Indian terbesar di AS juga memberlakukan lockdown akhir pekan yang ketat dan melarang para anggota tidak dapat meninggalkan rumah mereka.

Lalu di Libya, masyarakat hanya diizinkan berada di luar rumah antara pukul 07.00-12.00, dan toko-toko hanya dibuka pada jam tersebut.

Orang-orang Swedia berolahraga di luar dengan menjaga jarak fisik, di tengah wabah virus corona yang sedang merebak. Foto diambil di Stockholm pada 6 April 2020.TT NEWS AGENCY via REUTERS Orang-orang Swedia berolahraga di luar dengan menjaga jarak fisik, di tengah wabah virus corona yang sedang merebak. Foto diambil di Stockholm pada 6 April 2020.

Batasan usia tertentu

Membatasi pergerakan berdasarkan usia juga diterapkan oleh pemerintah Swedia. Mereka yang berusia 70 tahun ke atas diminta tinggal di rumah.

Awal bulan ini, para peneliti dari Warwick University di Inggris mengusulkan orang berusia 20-30 tahun yang tidak tinggal bersama orang tua harus menjadi prioritas untuk dilepaskan dari lockdown.

Baca juga: Angka Kematian Meningkat, Swedia Tetap Tenang dan Terapkan Lockdown Skala Rendah

Lockdown berdasarkan jenis kelamin

Presiden Peru, Martin Vizcarra, mengumumkan pada 2 April lalu, negara itu mengadopsi kebijakan karantina berbasis jenis kelamin karena kemudahannya dalam mendeteksi secara visual siapa yang boleh berada di luar rumah dan yang tidak.

Pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, hanya pria yang bisa berada di luar rumah. Sedangkan hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, wanita yang diizinkan keluar rumah.

Panama telah melakukan lockdown berdasarkan jenis kelamin sejak 1 April, dengan alasan tindakan itu mendorong orang tinggal di rumah karena orang yang mereka cintai tidak diizinkan berada di luar.

Beberapa kota di Kolombia, termasuk ibukota Bogota, juga hanya mengizinkan pria dan wanita meninggalkan rumah pada hari-hari tertentu.

Lockdown berdasarkan kartu tanda penduduk

Beberapa wilayah di Kolombia telah menerapkan langkah-langkah tambahan. Kota-kota termasuk Cali dan Medellin hanya mengizinkan warga meninggalkan rumah mereka pada waktu-waktu tertentu, tergantung pada nomor kartu tanda penduduk mereka.

Namun, aturan ini tidak berlaku bagi orang-orang yang bekerja di sektor esensial.

Baca juga: 2,3 Juta Orang Terinfeksi, Ini Kabar Terbaru soal Pengembangan Vaksin dan Obat Covid-19

Dinas Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara dan komunitas drone melakukan uji coba penyemprotan disinfektan dengan menggunakan drone di Lapangan Aldiron, Jakarta Selatan, Kamis (26/3/2020). Penyemprotan disinfektan dengan drone ini untuk membantu penanggulangan penyebaran virus Covid-19 di Jakarta.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Dinas Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara dan komunitas drone melakukan uji coba penyemprotan disinfektan dengan menggunakan drone di Lapangan Aldiron, Jakarta Selatan, Kamis (26/3/2020). Penyemprotan disinfektan dengan drone ini untuk membantu penanggulangan penyebaran virus Covid-19 di Jakarta.

Memantau pergerakan warga dengan drone

Sejumlah negara telah menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk memantau warga saat karantina wilayah. Antara lain Inggris, Italia, Australia, China, dan Kuwait.

Tidak lama setelah Inggris mengumumkan langkah pembatasan pada akhir Maret, satu polisi mengunggah video rekaman drone yang menunjukkan orang-orang berjalan melalui Taman Nasional Peak District Derbyshire.

Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang langkah berlebihan yang dilakukan oleh pihak berwenang.

Di bulan April, perusahaan drone komersial, Draganfly, bermitra dengan Departemen Pertahanan Australia dan University of South Australia untuk mengerahkan "drone pandemi".

Drone ini akan memantau suhu, jantung dan laju pernapasan, serta mendeteksi orang-orang yang bersin dan batuk dalam kerumunan.

Negara seperti China dan Kuwait telah menggunakan talking drone untuk memerintahkan orang agar kembali ke rumah.

Baca juga: Belajar dari Para Kartini Dunia dalam Menangani Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com