KOMPAS.com - Pada 2019 yang lalu, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 190.000 ton setiap harinya. Jika masalah tersebut dibiarkan, TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akan melebihi kapasitasnya dan tidak lagi bisa mengatasi sampah-sampah tersebut.
Gerakan zero waste adalah solusi jangka panjang yang lebih mumpuni daripada membuang sampah ke TPA.
Gaya hidup ini kian digandrungi di berbagai negara maju, khususnya mereka yang sudah mulai paham mengenai bahaya kerusakan lingkungan.
Zero waste menjadi populer karena memiliki berbagai manfaat pada lingkup individu maupun masyarakat secara umum. Mengapa bisa demikian?
Apa itu zero waste?
Gerakan zero waste, atau dalam bahasa Indonesianya disebut bebas sampah, adalah suatu upaya konservasi sumber daya yang melibatkan produksi, konsumsi, penggunaan kembali, dan pemulihan produk hingga kemasannya.
Sederhananya, zero waste adalah suatu gerakan untuk tidak menghasilkan sampah dengan cara mengurangi kebutuhan, menggunakan kembali, mendaur ulang, bahkan membuat kompos sendiri.
Alih-alih membuang sumber daya, penganut gaya hidup zero waste bertujuan untuk membuat sistem di mana semua sumber daya dapat dikembalikan sepenuhnya ke alam.
Gerakan ini tidak melibatkan pembakaran dan penimbunan seperti yang umumnya dilakukan pada limbah, sehingga dapat melestarikan dan memulihkan semua sumber daya.
Penerapan upaya bebas sampah ini diharapkan dapat mengeliminasi sampah yang dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia, alam, hewan, maupun planet bumi itu sendiri.
Baca juga: Komunitas Zero Waste Nusantara, Berbagi Gaya Hidup Minim Sampah
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.