Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/06/2020, 15:13 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Jujur gue tertarik juga sama bentuk sepeda lipat yang booming karena kasus Garuda, tapi tahu sendiri harga Brompton setelah masuk ke Indonesia 'digoreng gila-gilaan'," kata Bonni Wicaksono, karyawan swasta di Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Kebetulan ada Pikes, lokal produk dari Element yang dibikin dengan desain yang sama, dan spesifikasi yang enggak kalah," sambung dia.

Lalu, kata Bonni, di Jabodetabek komunitas epicyclist (Element Pikes) berkembang pesat dengan upgrade dan modifikasi yang tak kalah keren.

"Karena itu, gue tertarik buat punya, dan pilihan gue jatuh ke Pikes 8 speed, yang speknya udah lumayan oke dengan harga enggak terlalu mahal, sekitar Rp 7 jutaan," sebut dia.

"Dengan sedikit modifikasi dan upgrade, style kita udah enggak kalah sama yang naik Brompton, tinggal stiker Pikes diganti jadi 'Brompnot'," kata dia sambil tertawa.

Baca juga: Sepeda Lipat Harga di Bawah Rp 6 Juta, Bingung Pilihnya...

Tentu tak hanya Bonni, banyak pula konsumen lain yang rela menyetorkan uang lebih dulu demi mendapatkan sepeda 3sixty dari China dengan cara inden.

Sejumlah toko terkenal di Jakarta dan Tangerang, misalnya, langsung kehabisan stok sesaat setelah mendapat pasokan sepeda 3sixty.

Fenomena itu kerap terpantau dalam keriuhan di media sosial dan komunitas sepeda lipat. Terlihat sekali betapa besar minat publik dengan sepeda jiplakan Brompton tersebut.

Kreuz cuma bikin 10 frame sebulan

Dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi.KOMPAS.com/RENI SUSANTI Dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi.
Nah, di tengah melebarnya pasar sepeda Brompton wannabe di pasar Tanah Air, dua punggawa Kreuz asal Bandung membuat kejutan.

Dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), menceritakan awal mula terciptanya sepeda Kreuz yang mereka buat.

Baca juga: Kreuz, Sepeda Brompton Made in Bandung yang Laris Manis

Yudi mengakui bahwa mereka memproduksi Kreuz dengan menjiplak bentuk asli Brompton.

“Brompton memang (sudah) membebaskan siapa pun meniru produknya," kata Yudi.

“Basic-nya memang Brompton, tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” klaim dia. 

Kini produk tersebut kian mengundang minat para penggemar sepeda di Indonesia. Bahkan, pesanan sudah datang dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle) on Jun 18, 2020 at 11:36pm PDT

Semua pengerjaan dilakukan handmade dengan melibatkan banyak industri kecil rumahan, mulai dari tukang bubut, tukang cetak plastik, hingga yang lainnya, dengan bahan baku dalam negeri.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com