KOMPAS.com- Salah satu tantangan yang dihadapi orangtua pada metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah sering tidak sabar ketika mendampingi anak belajar. Proses belajar pun menjadi tidak nyaman karena anak tertekan dan orangtua selalu marah-marah.
Kalau sudah begini, anak dan orangtua sama-sama gampang stres. Pada saat orangtua tidak mendukung, anak juga dapat merasakannya.
“Untuk dapat lingkungan belajar yang kondusif, perlu komunikasi yang efektif. Ini bisa dicapai jika orangtua mengenali dan memahami karakter kepribadian anak sehingga bisa menyesuaikan diri,” kata psikolog Ajeng Raviando dalam acara diskusi media yang diadakan oleh Frisian Flag Indonesia secara virtual (29/7).
Seperti yang kita ketahui, manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda dan unik. Karakter atau kepribadian manusia bisa dipelajari, dan manusia kadang memiliki kesamaan karakter antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Ajeng, orangtua dapat mengenali dan menyesuaikan sistem pengajaran sesuai dengan karakteristik anak, agar dapat menciptakan sistem pengajaran di rumah yang menyenangkan dan membawa kegembiraan.
Baca juga: Saat Pandemi Peran Orangtua Bertambah Jadi Guru, Aktivitas Anak Perlu Diperhatikan
Kepribadian manusia telah dikaji dan dirangkum menjadi empat jenis, keempatnya masuk dalam teori proto-psikologis.
Empat tipe kepribadian mendasar, yaitu sanguinis, koleris, melankolis, dan plegmatis.
Sanguinis (hidup, optimis, ringan, dan riang)
Memiliki ciri senang bicara, banyak ide, mudah mencairkan suasana, tanggap dan kekinian. Mudah menyampaikan perasaan.
Anak dengan tipe ini perlu diajarkan untuk berpikir sebelum berbicara, mereka juga cenderung moody. Kalau ada masalah kecil suka dibesar-besarkan. Dalam mendampingi belajar, orangtua bisa membuat poin-poin pembicaraan agar terstruktur.
Baca juga: Biarkan Anak Belajar dari Kegagalan Agar Lebih Tangguh
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.