Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 3 Agustus 2020, 10:44 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Tanpa disadari stres psikologis berdampak pada banyak fungsi tubuh, dan sangat mungkin kesehatan mental akan berefek pada gejala fisik.

Menurut David Cutler, MD, seorang dokter obat keluarga di Providence Saint John's Health Center, stres diketahui berkontribusi pada sakit kepala, sakit perut, tekanan darah tinggi, dan bahkan sistem kekebalan yang melemah.

Inilah yang perlu diketahui tentang hubungan antara kesehatan mental dan kesehatan fisik, dan cara mengelola stres agar tetap sehat.

Baca juga: Benarkah Stres Bisa Sebabkan Perut Sembelit?

Stres dapat meningkatkan risiko jatuh sakit

Ketika kita stres, sistem kekebalan tubuh tidak akan berfungsi juga. Itu karena stres menyebabkan tubuh melepaskan hormon, seperti adrenalin, dopamin, norepinefrin, dan kortisol, yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk membuat limfosit - sel darah putih yang membantu melawan virus atau bakteri berbahaya.

Faktanya, penelitian telah menemukan bahwa stres kronis dapat membuat kita lebih rentan terserang penyakit, seperti flu.

Dalam sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS), para peneliti melakukan wawancara stres pada 276 orang dewasa yang sehat dan kemudian memaparkan mereka pada virus yang menyebabkan flu.

Setelah memantau mereka di karantina selama lima hari, para peneliti menemukan bahwa stres kronis dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan mengembangkan pilek ketika terkena virus.

Bagaimana tubuh dan sistem kekebalan tubuh merespons stres tergantung pada banyak faktor, termasuk apakah stres itu akut atau kronis.

“Stres akut adalah bagian normal dari kehidupan sehari-hari. Begitulah cara tubuh merespons ancaman di lingkungan, dan itu diperlukan untuk bertahan hidup,” kata Cutler.

Baca juga: Waspadai Stres Jangka Panjang dan Kesulitan Tidur Saat New Normal

Kamu mungkin mengalami stres akut ketika terjebak dalam kemacetan lalu lintas atau terlambat untuk pertemuan penting.

Sebagian besar, stres akut ini dapat ditangani dan tidak menyebabkan gejala fisik yang bertahan lama.

Namun, jika kamu sering mengalaminya atau terus-menerus di bawah tekanan, itu dapat menjadi kronis dan merusak fungsi tubuh, seperti sistem kekebalan tubuh.

"Jika itu terjadi sangat singkat, lalu pergi, mungkin tidak ada efek pada sistem kekebalan tubuh," kata Cutler.

"Tetapi jika ada kortisol yang dilepaskan secara kronis selama berhari-hari dan berminggu-minggu, itu sangat mungkin dapat merusak sistem kekebalan tubuh."

Bagaimana kesehatan mental mempengaruhi kesehatan fisik

Ketika kita tiba-tiba mengalami stres, misalnya saat harus menginjak rem mendadak untuk menghindari kecelakaan, otot di tubuh kita menegang dan kemudian lepas begitu ketegangan berlalu.

Tetapi ketika kita berada di bawah tekanan untuk waktu yang lama, maka otot-otot itu akan tetap tegang, yang kemudian dapat memicu sakit kepala dan nyeri otot, demikian menurut American Psychological Association.

Baca juga: Sering Sakit Perut? Bisa Jadi Kamu Stres

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau