Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Makanan Cepat Saji Tak Baik untuk Kesehatan?

Kompas.com - 03/09/2020, 16:15 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama masa karantina karena pandemi Covid-19, perusahaan pembuat makanan cepat saji tidak mengalami krisis, karena penjualan mereka justru melonjak 20-40 persen.

Alasan sederhananya adalah, makanan seperti itu mudah dibuat dan memakan waktu lebih singkat.

Lalu, yang lebih penting lagi, makanan semacam ini membuat kita ingin selalu makan lebih banyak, sehingga akhirnya membeli lebih banyak makanan cepat saji.

Baca juga: Trik Mengurangi Ketagihan Makanan Cepat Saji

Sayangnya, banyak dari kita yang mungkin belum menyadari fakta bahwa makanan ini tidak hanya mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Apa yang membuat makanan cepat saji bikin ketagihan?

Menurut Tanya S Kapoor dari Wellness by Tanya, makanan cepat saji direkayasa agar enak dan murah, serta memicu keinginan dan menyebabkan makan berlebihan.

Selain itu, jumlah lemak, gula, garam, dan MSG yang tinggi, mengubah kimiawi otak seperti halnya kecanduan narkoba.

Dia menyebut, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan menyebabkan kita kehilangan kendali dalam mengatur rasa lapar.

Makanan ini seperti mengaktifkan pelepasan hormon dopamin pemicu rasa senang.

Baca juga: Begini Awal Mula Makanan Cepat Saji Muncul...

Kondisi ini membuat kita menjadi peka terhadap tingkat dopamin yang tinggi, dan kita lalu terdorong makan lebih banyak.

Penggunaan bahan yang tidak sehat

Kita mungkin akan terkejut mengetahui bahwa banyak restoran cepat saji menggunakan bahan pengawet kimia yang disebut TBHQ.

TBHQ bisa menyebabkan mual, muntah, dan bahkan kematian.

Beberapa juga menggunakan dimethylpolysiloxane dalam saus, yang setiap penyajiannya mengandung ratusan kalori dan lemak tidak sehat. 

Belum lagi kandungan natrium, yang jika kandungan-kandungan itu dikonsumsi tentu akan memberi efek negatif pada tubuh.

Apa yang dikatakan pakar?

“Unsur-unsur buatan dan tercemar melepaskan radikal-radikal teroksidasi dalam tubuh yang menciptakan keadaan peradangan yang berkelanjutan dalam tubuh.”

Demikian dikatakan Dr Vaishali Lokhande, Konsultan Penyakit Dalam, Rumah Sakit Apollo, Navi Mumbai.

Kondisi peradangan tubuh ini, kata Vaishali, akan menyerang sistem kekebalan yang seiring waktu, secara bertahap telah memburuk.

Konsumsi junk food juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh yang berisiko bagi penderita diabetes dan hipertensi.

Baca juga: Apakah Makanan Cepat Saji Baik untuk Anak?

Makanan ini juga dapat memicu terjadinya penyumbatan pembuluh darah.

Lalu, apa solusinya?

“Penting bagi orang untuk beralih ke sayuran, buah, kacang-kacangan, ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian, terutama selama masa-masa pandemi ini,” kata Vaishali.

Selain itu, Vaishali juga mengimbau untuk membatasi konsumsi alkohol dan merokok yang sebenarnya sama berbahayanya dengan junk food.

Di masa ini, lebih baik menutrisi tubuh dengan makanan sehat yang baik pasti yang akan membawa efek positif jangka panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com