Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haus Tidak Selalu karena Dehidrasi, Berikut Penyebab Lainnya

Kompas.com, 27 Oktober 2020, 08:10 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Haus setelah berolahraga, berjalan-jalan di bawah matahari yang menyengat, atau seteah makan makanan pedas mungkin menjadi hal yang umum.

Namun, jika tanpa alasan tertentu kamu tiba-tiba merasa haus, mungkin penyebabnya jauh lebih serius dari itu.

Dilansir Cleveland Clinic, tiga alasan berikut mungkin menjadi penyebabnya. Cobalah menjalankan solusinya agar rasa haus yang luar biasa itu hilang.

1. Dehidrasi
Salah satu alasan paling umum rasa haus yang luar biasa adalah dehidrasi.

Suhu yang terlalu panas adalah salah satu penyebab dehidrasi yang paling banyak terjadi, baik berolahraga berat atau hanya sekadar beristirahat di pantai, namun dengan sinar matahari yang begitu menusuk.

Pada kondisi-kondisi tersebut, tubuh membutuhkan air agar tidak terlalu panas.

Saat berolahraga, otot tubuh kita menghasilkan panas. Agar tidak terbakar, tubuh perlu membuang panas itu.

Cara utama tubuh untuk membuang panas dalam cuaca hangat adalah melalui keringat.

Saat keringat menguap, ia mendinginkan jaringan di bawahnya.

Banyak berkeringat dapat mengurangi kadar air tubuh dan kehilangan cairan memengaruhi fungsi tubuh yang normal.

Solusinya: minumlah air yang banyak.

Kebutuhan cairan setiap orang berbeda-beda.

Anjuran Kementerian Kesehatan RI, orang dewasa disarankan mengonsumsi air putih sekitar delapan gelas (ukuran 230 ml) per hari atau total 2 liter. 

Selain dari minuman, makanan juga dapat memberikan asupan cairan pada tubuh yaitu sekitar 20 persen.

Cairan dari makanan terutama diperoleh dari buah dan sayur, misalnya bayam dan semangka yang mengandung 90 persen air.

Untuk memastikan tubuh terhidrasi dengan baik, kamu bisa mengecek warna urinmu.

Menurut Matthew Goldman, MD, tujuannya adalah menjaga warna urin tetap bening.

"Jika warnanya menjadi kuning, maka kamu dehidrasi," katanya, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Selain itu, hindari konsumsi alkohol dan minuman berkafein, seperti kopi dan soda, karena minuman-minuman tersebut cenderung menarik air dari tubuh dan meningkatkan dehidrasi.

Baca juga: Sering Lupa Minum Air, Ini Cara untuk Cegah Dehidrasi

2. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan yang diresepkan dokter juga bisa memberikan efek samping tertentu, termasuk haus.

Sejumlah obat seperti antipsikotik, antidepresan, antikonvulsan, antikolinergik, dan agonis alfa dapat menyebabkan mulut kering.

Oleh karena itu, mengonsumsi obat-obatan tersebut bisa memicu rasa haus.

Dr. Goldman juga mencatat bahwa SGLT2 inhibitor (sejenis obat diabetes) serta steroid juga dapat menyebabkan rasa haus karena SGLT2 inhibitor meningkatkan pelepasan glukosa dari darah ke dalam urin untuk menurunkan kadar gula darah dan steroid sering kali meningkatkan kadar gula sebagai efek samping.

Itulah sebabnya, ketika seseorang diberi steroid, baik jangka pendek atau panjang, dokter mungkin akan meminta pasien untuk memantau gula darah mereka atau mengakomodasi kadar gula yang lebih tinggi dengan mengambil lebih banyak obat diabetes.

Jadi, cobalah berkonsultasi dengan dokter tentang efek samping ini dan mintalah alternatifnya jika memang efek samping tersebut sangat mengganggu.

3. Diabetes
Peningkatan buang air kecil dan rasa haus berlebih adalah dua tanda awal terjadinya diabetes tipe 2.

Ini juga bisa menjadi indikator hiperglikemia, suatu kondisi di mana terlalu banyak gula dalam darah dan paling sering dialami oleh penderita diabetes.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), makan terlalu banyak, kurang aktif dari biasanya, atau minum terlalu sedikit obat diabetes adalah beberapa alasan umum hiperglikemia.

Glukosa darah juga bisa naik ketika kamu sakit atau stres.

"Biasanya, jumlah gula yang keluar dari tubuh melalui urin tidak dapat dideteksi,” jelas Dr. Goldman.

Meski begitu, jika kadar gula darah seseorang cukup tinggi, gula mulai meninggalkan aliran darah melalui ginjal dan masuk ke urin.

Molekul glukosa cukup kecil untuk bocor melalui sistem filtrasi ginjal.

Saat molekul glukosa yang berlebihan itu memasuki urin, glukosa menarik air bersamanya seperti spons.

Akibatnya, jumlah urine yang terbentuk dan frekuensi buang air kecil meningkat.

Saat kita kehilangan kelebihan cairan tersebut, kita akhirnya mengalami dehidrasi.

Inilah sebabnya mengapa pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah terlalu lama sering menjadi "kering" dan mungkin berakhir di unit gawat darurat atau unit perawatan intensif.

Begitu mereka tiba, mereka seringkali membutuhkan banyak cairan serta vitamin dan obat-obatan untuk mengendalikan kadar gula mereka dengan cara yang aman.

Dehidrasi juga bisa menjadi tanda kondisi yang dikenal sebagai diabetes insipidus.

Menurut Dr. Goldman, hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon yang memungkinkan tubuh menyerap kembali air dari urin yang terbentuk di ginjal.

Penyerapan kembali ini cenderung terjadi paling banyak saat kita mengalami dehidrasi, seperti saat berkeringat.

Jika tubuh tidak menghasilkan ADH yang cukup atau ginjal tidak merespons ADH dengan tepat, maka tubuh tidak menahan air sebanyak yang diperlukan.

Kondisi ini dapat menyebabkan lebih sering buang air kecil dan bisa saja mengalami dehidrasi.

Jika kamu mengalami kondisi aeperti ini, konsultasikanlah dengan dokter dan mencari solusinya.

Menueut Dr. Goldman, secara umum pasien juga harus menghindari minum cairan yang mengandung gula dalam jumlah berlebih.

Sebab, minuman tinggi gula dapat menyebabkan kadar gula darah yang tidak terkontrol dan menyebabkan jumlah buang air kecil menjadi lebih buruk.

"Salah satu alasan pasien harus mengonsumsi gula tambahan adalah jika kadar gula darah mereka terlalu rendah."

"Pasien harus berbicara dengan dokter lebih lanjut tentang untuk mengetahui apa yang dianggap normal dan dianggap rendah gula untuk diri mereka," tambahnya.

Baca juga: Cara Kendalikan Diabetes dan Gula Darah dengan Olahraga

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau