Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembangkan "Growth Mindset" pada Anak yang Ambisius

Kompas.com, 6 Januari 2021, 09:57 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak yang punya obsesi atau keinginan besar untuk memenangkan sesuatu adalah hal wajar, bahkan dalam beberapa hal bagus. Namun sebaiknya orangtua tidak membiarkan anak jadi ambisius.

Apabila anak terpaku pada hasil dan tidak menerima kegagalan dengan cara apa pun, ada kemungkinan anak terjebak dalam fixed mindset, atau pola pikir tetap.

Pola pikir seperti ini menyebabkan anak kehilangan kesempatan untuk belajar. Karena itu, orangtua perlu mengembangkan growth mindset atau pola pikir berkembang pada anak.

Mengenal growth mindset

Istilah growth mindset pertama kali diciptakan Carol Dweck, PhD, psikolog di Stanford University, AS.

Baca juga: Pola Asuh Toksik Merugikan Orangtua dan Anak, Kenali Tandanya

"Growth mindset mengacu pada gagasan bahwa kita dapat tumbuh dengan kerja keras, ketekunan, dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman kita," kata Abigail Gewirtz, PhD, penulis "When the World Feels Like a Scary Place".

Pola pikir tersebut berlawanan dengan fixed mindset, di mana orang percaya kecerdasan, keterampilan, dan bakat adalah bawaan.

"Anak yang memiliki growth mindset percaya kerja keras membuahkan hasil, mereka dapat mencapai lebih banyak dengan kemauan berusaha dan mencoba hal-hal baru," tambah Gewirtz.

"Hal ini penting karena motivasi tumbuh dengan penguasaan sesuatu. Ada banyak individu berprestasi tinggi yang menganggap pencapaian mereka bukan karena bakat bawaan, tetapi karena latihan dan ketekunan."

Tanggapan Gewirtz juga disetujui oleh Tasha Brown, PhD, psikolog klinis bersertifikat di New York, AS.

Baca juga: Anak Hanya di Rumah Selama Pandemi, Apa Dampaknya bagi Tumbuh Kembang?

"Saya percaya anak-anak dengan growth mindset menjadi pemecah masalah yang kuat, tahu caranya meminta bantuan, punya kepercayaan diri, gigih dan tidak menghindar dari tantangan," kata Tasha.

Ilustrasi sekolah.Shutterstock Ilustrasi sekolah.

Mengubah pola pikir anak

Sebagai orangtua, hindari kalimat seperti "kamu sangat pintar" kepada anak. Sebagai gantinya, puji kerja keras yang dilakukan anak kita.

Menurut Carlin Barnes, MD dan Marketa Wills, MD, MBA, pendiri Healthy Minds MD, ada sejumlah tips yang bisa dilakukan para orangtua:

  • Tanyakan kepada anak pelajaran apa yang dia dapat dari aktivitas atau tugas.
  • Memuji usaha anak, bukan hasil.
  • Ingatkan anak bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan yang membuat kita terus belajar dan tumbuh.
  • Ajarkan anak untuk menghargai pengalaman daripada berfokus pada hasil akhir.

Baca juga: Kebiasaan Multitasking Bisa Berdampak Buruk pada Anak dan Orangtua

Apabila anak sedang bersiap menghadapi suatu pertandingan (seperti sepakbola, basket, atau lomba nyanyi), orangtua dapat memuji perubahan apa yang terjadi pada anak.

"Puji detail kecil dari latihan anak seperti perubahan dalam pengendalian tubuh, atau cara ia melengkungkan tangan saat melempar bola," kata LaNail R Plummer, CEO penyedia layanan kesehatan mental.

"Memuji usaha anak memungkinkan ia mendengar kata-kata yang lebih positif, dan memahami kegembiraan sesungguhnya sedang tumbuh, bukan hanya hasil dari suatu situasi."

Memang, anak tetap dapat merasa frustasi apabila dihadapkan pada kekalahan, nilai yang buruk, atau hal lain yang membuatnya kecewa.

Oleh karenanya, Plummer menyarankan orangtua untuk berdiskusi dengan anak menggunakan analogi yang mencerminkan pengalaman hidup sang anak.

"Contohnya bisa seperti menaiki anak tangga yang curam untuk mencapai level tertinggi. Hanya karena sebuah langkah sulit, tidak berarti orang harus terjebak di sana atau kembali ke belakang," sebut Plummer.

Baca juga: Sisi Lain Pandemi, Anak Jadi Belajar Lebih Mandiri

"Atau, Anda dapat berbicara tentang berubah menjadi superhero. Dalam setiap film superhero, karakter harus berubah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya."

Namun bukan berarti memperoleh nilai sempurna dan memenangkan sebuah permainan tidak ada gunanya.

"Kita butuh orang-orang di dunia ini yang berfokus pada hasil, jadi saya selalu mendorong orangtua untuk tidak menekannya pada anak mereka," ujar Brown.

"Sebaliknya, orangtua harus memperluas proses berpikir anak untuk memasukkan prinsip growth mindset."

Juga bermanfaat bagi orangtua

Pola pikir growth mindset juga berdampak pada orangtua. Akan lebih baik jika orangtua dapat melakukannya, ketimbang sekadar menanamkannya kepada anak.

"Jangan ragu memberikan anak beberapa contoh saat Anda ditantang untuk tumbuh dengan semua emosi, pikiran dan keputusan yang masuk dalam proses tersebut," kata Plummer.

Kim Parker, LCSW, penulis "East Meets West: Parenting From the Best of Both Worlds, juga berpendapat tak ada salahnya berbagi  tentang kesalahan dan momen memalukan Anda ketika masih kecil.

Baca juga: Elon Musk dan Ambisi Masa Kecil yang Diwujudkan

"Ketika saya berbagi cerita ini secara terus terang dengan anak-anak, hati mereka hangat kepada saya, pikiran mereka memiliki lebih banyak kemungkinan dan semangat mereka terangkat."

"Mereka mungkin menertawakan saya, tetapi tidak apa-apa karena saya menertawakan diri sendiri. Tidak ada tekanan bahwa mereka harus menjadi sempurna atau melakukan sesuatu dengan baik," sambung Parker.

Berbagi masa lalu juga dapat membuat orangtua lebih rendah hati.

"Tanpa growth mindset, kita mungkin terjebak dalam kecemasan atau memiliki penilaian negatif terhadap orang lain. Keduanya mencegah kita bergerak melalui cobaan dan kesalahan yang merupakan bagian utama kehidupan."

Baca juga: Anak yang Tumbuh Bersama Kakak Perempuan Lebih Sukses

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau