KOMPAS.com - Bersosialisasi adalah hal yang sangat penting untuk seorang anak atau remaja. Apalagi, masa remaja adalah saatnya anak menemukan jati dirinya.
Tapi, anak dengan kepribadian tertutup (introvert) mungkun tidak memiliki banyak teman seperti anak seusianya yang lain.
Kepribadian ini sering disamakan dengan anak yang malu, padahal keduanya berbeda.
Orangtua mungkin sekadar melihat anaknya tidak bersosialisasi sebanyak anak lain dan anak tersebut lebih suka beraktivitas sendiri daripada bersama teman.
Jika Anda memiliki anak dengan kepribadian tertutup, ada beberapa cara menghadapi anak berkepribadian tertutup untuk Anda terapkan sehingga anak lebih mau "keluar", tanpa harus mengubah jati dirinya.
Pertama, pahami dulu tentang kepribadian tertutup ini. Ini akan membantu Anda sebagai orangtua mampu membedakan mana perilaku yang normal dan tidak.
Orang-orang sering khawatir bahwa seorang anak yang menghabiskan waktu sendirian dan tidak mau membicarakan tentang perasaannya adalah tanda bahwa anak sedang mengalami tekanan emosional, seperti depresi.
Hal itu bisa saja merupakan tanda depresi, tetapi dalam hal ini, yang kita cari adalah perubahan pola perilaku.
Introvert bukanlah respons terhadap pengaruh luar, melainkan ciri kepribadian seseorang.
Dengan kata lain, anak yang sebelumnya ekspresif dan supel namun tiba-tiba menjadi pendiam tidak berarti menjadi seorang introvert.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.